Oleh: AHMADI SOFYAN
Penulis Buku/Pemerhati Sosial Budaya
“ADA 3 wasiat Bapak Haji Kamarudin AK kepada kami penerusnya sebelum meninggal dunia: (1) Jaga Kampus (2) Jaga Masjid (2) Bangun Rumah Sakit”
(Fadillah Sabri: Rektor Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung)
WALAUPUN tidak terlalu dekat banget, tapi Penulis cukup mengenal sosok dari sang tokoh ini. Sering bertemu dan ngobrol dengan beliau, baik di lingkungan Muhammadiyah maupun di Masjid. Dimata Penulis, sosok ini sangatlah teduh, mengayomi dan merangkul. Kalau sering sholat 5 waktu di Masjid Muhajirin Pangkalpinang, kita akan bertemu dengan beliau. Orangnya begitu santun, ramah dan menunjukkan sikap seorang ayah kala disapa. Setiap Penulis menyapa dan menyalami serta mencium tangannya, beliau selalu merangkul dan menanyakan kabar. “Alhamdulilah, Ananda Ahmadi…, bagaimana kabar kamu?” begitulah kurang lebih sapaan awal beliau. Penulis mengenal beliau adalah seorang guru dan Ketua PW Muhammadiyah Bangka Belitung, karena tak banyak tahu tentang riwayat hidup beliau, maka Penulis berusaha komunikasi langsung dan maupun melalui WA dengan orang dekat beliau, yakni Sekretaris PW Muhammadiyah Bangka Belitung era kepemimpinan beliau, yang juga adalah Rektor Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung, Fadillah Sobri.
Drs. H. Kamaruddin AK., M.H. begitulah nama lengkap sosok yang kita bahas kali ini. Beliau akrab disapa masyarakat di Bangka Belitung Pak Kam tau Pak Kamar. Beliau dilahirkan di Desa Keretak dari pasangan Abdul Kadir yang berasal dari Desa Sarngmandi dan Aniyah yang asli Desa Keretak. Kamaruddin lahir di era Hindia Belanda, tepatnya tanggal 7 Mei 1944. Beliau merupakan anak ke-4 dari 9 bersaudara.
Pada tahun 50-an, akibat desakan ekonomi, orangtua Kamaruddin memutuskan untuk memboyong anak-anaknya hijrah ke Pangkalpinang. Di Pangkalpinang mereka tinggal di Jalan Pelipur yang tak jauh dari Masjid H. Bakrie. Entah bagaimana caranya, ternyata rumah yang mereka tepati itu adalah rumah panggung mereka yang di Desa Kretak. Rumah itu ternyata diangkut sejauh kurang lebih 30 KM. Di rumah lama dengan lahan baru inilah orangtuanya membuka warung kecil-kecilan atau biasa di sebut toko Kelontong. Ayahnya menjajakan pisang goreng menggunakan gerobak yang dijual dekat jalan Trem samping Bioskop Banteng (kini kawasan BTC).
Penjual Kue Keliling
Selama di Pangkapinang ini Kamaruddin meraih pendidikan yang lebih baik. Ia menempuh jenjang pendidikan dari SD Negeri 3 Pangkalpinang, SMP Negeri 1 Pangkalpinang dan SMA Negeri 1 Pangkalpinang. Ketiga sekolah itu adalah sekolah favorite di Kota Pangkalpinang. Dalam meraih pendidikan dan membantu orangtua, Kamaruddin tidak berpangku tangan. Saat menempuh pendidikan di SD Negeri 3 Pangkalpinang sampai SMP Negeri 1 Pangkalpinang, Kamaruddin berjualan kue keliling. Kue yang ia jual adalah kue buatan ibunya dan titipan para tetangga. Rute jualan kelilingnya adalah jalan Pelipur menuju pasar Koperasi (sekarang Mall Ramayana). Kamaruddin berjualan kue keliling dengan berjalan kaki demi membantu perekonomian keluarga dan menambah uang jajan di sekolahnya.
Sejak kecil, Kamaruddin dikenal para sahabat sebayanya sebagai anak yang taat dan raji. Ia tidak pernah meninggalkan sholat 5 waktu, suka mengalah dan menghindari konflik, sabar, memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Namun disisi lain, Kamaruddin tergolong anak yang pintar ketika di Sekolah. Konon, walau Kamaruddin itu dikenal sosok yang sabar dan lebih suka menghindari konflik, tapi kalau ia melihat ada anak yang melawan orangtuanya, terutama ibu, maka emosi Kamaruddin pasti memuncak dan disitulah ia menunjukkan kemarahan yang sangat berbeda dengan gaya kesehariannya yang dikenal sabar dan santun.
Sejak Sekolah Dasar, Kamaruddin gemar membaca buku dan sangat antusias ikut beraktivitas belajar kelompok. Sedangkan pada olahraga ia tidak begitu berminat. Buku-buku bernuansa Islam adalah pilihannya. Sedangkan anak-anak seusianya, termasuk saudara-saudaranya, kala itu gemar memancing, bermain sepakbola dan layang-layangan. Namun ternyata Kamaruddin kurang memintai permainan-permainan anak-anak sebayanya itu. Ia justru memiliki kegemaran yang berbeda dan cenderung “aneh” untuk anak seusianya, yakni suka mengoleksi aktivitas pribadinya termasuk membuat jadwal sholat dengan lengkap dan terperinci. Jadi aktivitas-aktivitas bermanfaat yang sudah dan akan ia lakukan, ternyata ditulis dengan rapi dan terjadwal.
Guru & Aktivis Pemuda
Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Pangkalpinang, karena kecerdasan dan akhlaknya, Kamaruddin diminta untuk mengajar di almamaternya tersebut. Dari sinilah awal karier seorang Kamaruddin sebagai seorang guru sekaligus dimulainya karier serta sepak terjangnya sebagai seorang aktivis pergerakan pemuda era rezim Orde Lama. Selain sebagai seorang Guru, Kamaruddin yang dikenal peduli dengan keadaan negeri tak mau berpangku tangan dan sekedar menjadi penonton. Ia menjadi tokoh Pergerakan Pelajar Islam Indonesia (PII), Gerakan Pemudan Islam Indonesia (GPII) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) sebagai wadah koalisi pemuda dan mahasiswa dalam rangka meruntuhkan rezim Orde Lama. Ia juga aktif sebagai pengurus organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pangkalpinang Bangka.
Desas-desus Presiden Soekarno hendak membubarkan HMI, guna menyusul MASYUMI (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) yang sudah dibubarkan, ternyata tidak membuat Kamaruddin dan kawan-kawan gentar apalagi mundur. Di Pangkalpinang ia dan kawan-kawannya membentuk Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) pada tahun 1966 sebagai corong baru para aktivis pelajar, pemuda dan mahasiswa, jika HMI benar-benar dibubarkan demi keberlangsungan perjuangan. Bersama Sofyan Tsauri, ia juga pernah menggalang massa di titik nol kilometer Pulau Bangka (Alun-Alun Taman Merdeka Pangkalpinang) untuk mengkritisi kebijakan Presiden Soekarno yang dinilai mulai jauh dari kepentingan masyarakat. Kamaruddin dan kawan-kawan juga menganggap Soekarno terlalu intim (dekat) dengan PKI.
Diamankan KODIM
Meletusnya gerakan 30 September (G30S/PKI) sangat mengganggu stabilitas politik nasional yang berdampak pada konflik vertikal dan horizontal yang kian interest terutama para elite politik, baik militer maupun sipil. Dalam dekade inilah menjadi sejarah kelam bagi perjalanan bangsa Indonesia hingga transisi kepemimpinan terjadi, yakni Orde Lama berganti Orde Baru berkuasa. Di era rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, ternyata Kamaruddin dan kawan-kawannya tetap saja kritis menyampaikan aspirasi masyarakat luas dengan berbagai kepentingan rakyat.
Pernah pada suatu peristiwa, Kamaruddin diamankan Tentara di Komando Distrik Militer (KODIM) selama 2 malam. Diamankan di Kodim ternyata Kamaruddin tidak ciut nyali, konon ia malah santai-santai saja. Sang Ibu pun menjemput Kamaruddin di Kodim hingga akhirnya ia dilepaskan. Kamaruddin pun dimarahi oleh keluarga besarnya dan ternyata mental aktivisnya tidaklah berubah. Ia tetap kritis ditengah pembungkaman suara aktivis oleh rezim Orde Baru kala itu.
Berguru Kepada Ulama Pulau Bangka, K.H. Hasan Basri Sulaiman
Di Pulau Bangka, kala itu ada seorang ulama yang cukup terkenal dan memiliki pengaruh yang sangat luar biasa ditengah masyarakat. Namanya hingga kini diabadikan menjadi nama jalan di wilayah Jalan Balai Pangkalpinang. Gaya dakwah ulama kawakan yang pernah dimiliki masyarakat Pulau Bangka ini membuat Kamaruddin tertarik untuk berguru. Ulama ini bernama Kiyai Haji Hasan Basri Sulaiman. Sosok ulama ini adalah salah satu Tokoh Muhammadiyah paling berpengaruh di Pulau Bangka. Sosoknya disegani dan memiliki ilmu yang mumpuni serta gaya dakwah yang disukai oleh masyarakat.
Ternyata bergurunya Kamaruddin kepada K.H. Hasan Basri Sulaiman tidak sekedar menjadi murid, namun ia diangkat oleh sang guru sebagai asisten pribadi. Menjadi asisten pribadi sang kiyai, pastinya Kamaruddin selalu ikut K.H. Hasan Basri berdakwah ke berbagai pelosok di Pulau Bangka. Pengalaman serta ilmu atau wawasan keislaman Kamaruddin pun kiat bertambah seiring ia berguru dan menjadi asisten K.H. Hasan Basari Sulaiman. Berbekal diri sebagai aktivis pergerakan dan berguru sekaligus menjadi asisten pribadi K.H. Hasan Basri Sulaiman, kemampuan berdakwah serta organisasinya, membawa Kamarudin menjadi salah satu sosok berpengaruh juga di Pulau Bangka dan menjadi Ketua PW Muhammadiyah Bangka Belitung dan beberapa organisasi lainnya. Sosok Kamaruddin bisa dikatakan duplikat sang guru, K.H. Hasan Basri di era tahun 2000-an.
Sebagai seorang PNS (sekarang disebut ASN) Kamaruddin menjadi seorang guru dan puncak kariernya pernah menjadi Kepala Dinas Pendidikan Kota Pangkalpinang. Setelah pensiun, beliau total mengabdikan hidup dan pemikirannya di Persyarikatan Muhammadiyah.
Kiprah di Muhammadiyah
Bicara soal Muhammadiyah di Bangka Belitung, rasa-rasanya tidak bisa lepas dari nama H. Kamarudin AK. Sosoknya dikenal luas, berperawakan kecil, santun, damai dan organisatoris serta administrator. Menurut Fadillah Sabri, sosok H. Kamaruddin AK adalah teladan bagi kader Persyerikatan Muhammadiyah Bangka Belitung. “Beliau itu sangat disiplin dan sangat peduli, detail serta tegas, memiliki prinsip. Sebagai seorang ayah dan guru bagi kami” kenang Rektor Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung yang juga mantan Sekretaris PW Muhammadiyah Kepulauan Bangka Belitung ini di era kepemimpinan H. Kamaruddin AK.
Keaktifan H. Kamaruddin AK di Persyarikatan Muhammadiyah sejak beliau masih remaja yakni saat menjadi aktivis berbagai organisasi, terlebih ketika beliau berguru kepada Ulama kesohor Bangka Belitung, K.H. Hasan Basri Sulaiman (Ketua Muhammadiyah Pangkalpinang pertama). Kala K.H. Hasan Basri wafat, H. Kamaruddin AK banyak meneruskan dakwah serta mengurus Muhammadiyah Kota Pangkalpinang. Selanjutnya pada tahun 2000, ketika Bangka Belitung menjadi Provinsi, beliau diamanahkan menjadi Pimpinan Pengurus Wilayah Muhammadiyah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selanjutnya pada tahun 2010, beliau kembali aktif sebagai Wakil Ketua PW Muhammadiyah Bangka Belitung. Pada tahun 2015, H. Kamaruddin AK diamanahkan menjadi Ketua PW Muhammadiyah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung hingga menghembuskan nafas terakhir.
Walaupun usia sudah senja, namun semangat dan dedikasi pada kemajuan Muhammadiyah khususnya dan Islam pada umumnya tidak pudar, lentur dan luntur, bahkan hingga ajal menjemput. H. Kamaruddin AK juga adalah salah satu Pengurus FKUB (Forum Komunikasi Umat Beragama) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan juga salah satu Ketua MUI di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Dalam dakwah Islam maupun Muhammadiyah, hampir setiap pelosok di Pulau Bangka dan Pulau Belitung, Kamaruddin AK nampaknya sudah pernah turun ditengah masyarakat. Sosoknya seperti tak pernah lelah untuk dakwah Islam dan Muhammadiyah. Bahkan sebelum meninggal, beliau mewasiatkan 3 hal, yakni: (1) Jaga Masjid (2) Jaga Kampus dan (3) Dirikan Rumah Sakit.
Terhadap Masjid, beliau juga pernah berpesan: “Merawat Masjid itu jangan mudah bertengkar karena perbedaan”. Berkaitan dengan renovasi Masjid Muhajirin di Kota Pangkalpinang adalah sebuah cerita yang menunjukkan ketegasan seorang H. Kamaruddin AK. Pada saat itu tidak ada orang yang berani pasang pondasi karena keberadaan panti asuhan Muhmmadiyah sangat mepet dengan keberadaan Masjid. Jika pondasi dipasang, maka akan mengenai sudut dinding bangunan panti asuhan. Pagi selesai sholat Subuh, H. Kamaruddin AK memanggil tukang bangunan dan tanpa basa-basi beliau memberikan perintah: “Tancap pondasinya! Saya yang bertanggungjawab baik dihadapan Allah SWT maupun kepada manusia!” semua yang mendengar kala itu sedikit tegang sebab raut wajah H. Kamaruddin sangat serius dengan suara yang tegas. Akhirnya, berdirilah dengan megah Masjid Muhajirin Kota Pangkalpinang yang kita lihat hari ini.
Sosok H. Kamaruddin AK dalam pergaulan tokoh agama di Bangka Belitung maupun di Muhammadiyah, dikenal sosok yang sejuk namun tegas memegang teguh prinsip. Pada yang muda beliau dikenal dengan sosok yang sangat mengayomi. Dalam organisasi, beliau dikenal sebagai administrasi ulung dan sangat rapi dalam masalah arsip. Bayangkan saja, tiket pesawat kala beliau mengikuti Muktamar Muhamamdiyah tahun 1963 saja masih tersimpan. Bahkan tiket beliau nonton film di Bioskop surya tempo doeloe masih beliau simpan rapi. Kupon makan beliau saat Muktamar Muhamamdiyah di Aceh pun demikian serta banyak lagi lainnya. benar-benar rapi dalam dokumentasi dan administrasi.
Sehidup Semati Bersama Sang Isteri
H. Kamaruddin AK menikah dengan Hj. Cholifah (kelahiran Pangkalpinang). Dari kedua pasangan suami isteri ini memiliki 6 orang anak, yaitu: Komariyah, Kusumawati, Ummi Kalsum, Choiruddin, Kuniawati Milda dan Choiril Anwar.
Hj. Cholifah meninggal dunia tanggal 13 Agustus 2022. Tak disangka, duka belum berakhir ditengah keluarga, 4 hari kemudian, tepatnya pada tanggal Rabu 17 Agustus 2022 jam 00.23 WIB di RSBT Pangkalpinang, dalam usia 78 tahun, H. Kamaruddin AK menyusul kepergian sang isteri. Kepergian sang tokoh yang menyejukkan ini pun meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat muslim Bangka Belitung. Jamaah memenuhi Masjid Muhajirin Pangkalpinang guna melaksanakan sholat jenazah. Pj.Gubernur Dr. Ridwan Djamaluddin dan seluruh OPD, para sahabat dan tokoh-tokoh Bangka Belitung baik tokoh kawakan maupun generasi muda mengantarkan kepergian sang guru. Kedua suami isteri ini pun dimakamkan dengan berdampingan.
Selamat jalan guru, ayahnda H. Kamaruddin AK. Jasa dan kiprahmu menjadi jalan lapang dan terang bersama isteri tercinta dalam gandengan cinta dan kasih sayang hingga ke Sorga Allah SWT. Aamiin ya robbal alamiin……….(*)