Sahang ( Lada ) Kapan Naik ?

Penulis Redaksi.

Belitung, seputarbabel.com – Harga lada di Provinsi kepulauan Bangka Belitung anjlok. Petani lada  mengalami kerugian akibat turunnya harga lada . Petani lada mengeluh murahnya harga jual lada putih kering saat ini.

Harga ditingkat pedagang pengumpul, lada putih kering hanya dihargai Rp 46.000 perkilogram. Menurut beberapa petani harga lada saat ini tidak bisa menutupi biaya produksi lada antara lain biaya pembukaan lahan, perawatan, pemupukan dan pemanen.

Petani saat ini menunggu harga lada naik hal ini dilakukan agar petani tidak merugi terlalu banyak. Lada dijual hanya untuk kebutuhan pokok sehari-hari untuk bertahan hidup. Karenanya petani lada  berharap harga lada naik secepatnya. Kalau harga lada tidak naik juga petani akan  mengalami kerugian terus.

Petani berharap pemerintah menemukan solusi  terbaik untuk meningkatkan harga lada.

Menurunnya harga lada putih sudah berlangsung sejak tahun 2018. Pada tahun 2018 harga lada berkisar antara Rp 50.000-Rp 60.000 sedangkan pada tahun 2017 harga lada mencapai Rp 100.000 – Rp 120.000 bahkan harga lada pernah mencapai Rp. 200.000. Sekitar 1 bulan terakhir harga lada putih yang dijual petani masih stabil dikisaran Rp 48.500– Rp 49.000 bila dibandingkan dengan tahun 2017 mengalami penurunan harga diatas 50 persen.

Menurut IPC ( International Pepper Community ) salah satu organisasi perkumpulan yang menaungi negara yang memproduksi lada. Penyebab penurunan harga lada yang cukup signifikan lantaran adanya peningkatan produksi dalam beberapa tahun terakhir sebagai akibat pembukaan lahan besar-besaran.

Dihampir semua Negara penghasil lada Antara lain Vietnam , Brasil , Kamboja . Perluasan lahan  juga terjadi di Indonesia teuratama didaerah non tradisional, seperti di Kalimantan dan Sulawesi.

Tidak hanya divietnam dan Brazil budidaya lada juga telah menyebar kenegara-negara tropis lain seperti India , Malaysia , Srilanka , China , Thailand , Madagaskar dan Ekuador.

Faktanya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung .Berdasarkan data dinas pertanian , perkebunan dan peternakan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung  produksi lada di Bangka Belitung dalam beberapa tahun ini mengalami fluktuatif.

Pada tahun 2015 produksi lada  mengalami penurunan  produksi  menjadi 31.408 ton dibanding tahun 2014 memproduksi sebanyak 33.828 ton. Tahun 2016 mengalami kenaikan menjadi 33.180 ton dibandingkanan tahun 2015. Tahun 2017 juga mengalami kenaikan lagi menjadi 34.173 ton. Pada tahun 2018 mengalami penurunan menjadi 32.811,06 ton.

Bila dilihat dari produktifitas hasil pertanian lada mengalami penurunan dari tahun ketahun . Pada tahun 2014  produktifitas lada 1,53 ton perhektar sedangkan pada tahun 2015 produktifitas lada 1,26 ton perhektar. Pada tahun 2016 produktifitas lada lagi- lagi mengalami penurunan menjadi 1,24 ton perhektar . Pada tahun 2017 produktifitas lada mengalami penurunan menjadi 1,20 ton . Begitu juga , dengan tahun 2018 produktifitas produksi lada menjadi 1,17 ton.

Selain itu penurunan harga lada juga disebabkan panjangnya rantai distribusi  lada asal Indonesia . Selama ini tujuan ekspor bukan kenegara tujuan seperti Amerika Serikat dan Arab Saudi .

Lada- lada asal Indonesia diekspor kenegara Vietnam. Negara Vietnam kembali mengolah lada dari Indonesia untuk diekspor kenegara-negara konsumen lada. Dalam beberapa tahun terakhir hampir 50 persen lada Indonesia diekspor ke Vietnam . Berdasarkan data BPS tahun 2017 lada asal Indonesia diekspor ke Vietnam sebesar 11.173,6 ton dibanding dengan ekspor total sebesar 22.746,3 ton.

Beberapa solusi yang dapat diambil dalam menyelesaikan penurunan signfikan lada putih . Pertama , Ekspor lada bukan dalam bentuk biji lada tetap produk olahan dari biji lada.

Selama ini kita mengekspor biji lada tanpa diolah. Dengan mengolah hasil produk pertanian, kita akan mendapatkan nilai tambahnya dengan harga yang lebuh mahal. Resi gudang yang direncanakan pemerintah provinsi Bangka Belitung bukan hanya menampung biji lada tetapi juga mengolah biji lada dengan membentuk Badan Usaha Milik Daerah ( BUMD ).

Kedua,  Ekspor lada langsung kenegara tujuan seperti Amerika, Arab Saudi, Eropa dan negara-negara lainnya. Selama ini lada-lada asal Indonesia diekspor akan tetapi bukan diekspor kenegara tujuan. Melakukan pemasaran kenegara-negara lain pengimpor lada. 

Ketiga , Meningkatkan produktifitas Lada .lahan sempit menghasilakan produksi lada yang tinggi. Dengan Produktifitas yang tinggi petani lada tidak mengalami kerugian.

Opini Yosefpriyanto
Mahasiswa Tugas Belajar Politeknik Statistika Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (Polstat STIS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *