Tinskubator 2020, Dari Digital Marketing Hingga Konservasi

Seputarbabel.com, Pangkalpinang – Ide pengembangan bisnis ditawarkan dari Tinskubator Idea Challange 2020 menawarkan ide dengan berbagai bidang usaha. Seperti digital marketing, kemaritiman, pengolah limbah, kelautan dan pendidikan. Kepala Bidang Komunikasi Perusahaan PT Timah Tbk, Anggi Siahaan membenarkan itu. 3 jawara Tinskubator adalah juara I Fishbox.id, juara II Karang Hias dan Juara III Tumpah.id.

Dari 10 finalis, bersama Babel Marketer, Ecoplanstic, Babelanja, Ayo Speakup dan Master Produks (jasa penyedia layanan pembuatan desain dan master produk). Mereka adalah finalis yang selama 6 bulan akan dilatih memiliki kualitas daya saing.

Jika Tumpah.id melihat peluang usaha lewat pengolahan sampah, dengan informasi teknologi. Karang Hias, memiliki ide inovasi bisnis lewat potensi penyelamatan ekosistem laut. Dedi bersama Sohibul Wafa Tadjul Arifin dan Umam Komarullah mengembangkan inovasi konservasi dan budidaya karang hias.

Konservasi ekosistem laut dan budidaya jenis terumbu karang laut, dijadikan mereka punya nilai ekonomi. Budidaya karang hias di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) cukup besar. Selain memberi nilai ekonomi bagi masyarakat, sebagai upaya pelestarian ekosistem terumbu karang. “Ya, dengan Tinskubator, PT Timah telah menjadi solusi memacu ide – ide kreatif dan inovasi usaha baru bagi pemuda di Babel lebih semangat lagi,” buka Dedi.

Ia juga memastikan jenis karang hias Babel beragam, belum lagi potensi ekosistem lautnya belum dimanfaatkan maksimal. Budidaya karang mereka lakukan dengan media kebun karang (transplantasi) sebagai indukan. Setelah dapat dua turunan baru mereka pindahkan ke akuarium air laut.

“Misi kami, selain upaya mengkonservasi karang lokal di Bangka, kami juga bermimpi untuk menjadikan potensi karang hias ini sebagai pendapatan tambahan masyarakat nelayan sekitar. Dari hasil budidaya karang kami, 20 persen kembalikan ke laut sebagai upaya konservasi dan perbaikan ekosistem terumbu karang,” papar Dedi.

Tujuan tentu saja agar terumbu karang di wilayah tangkap nelayan lebih baik dan lebih cepat dijangkau. “Banyak pemahaman rehabilitasi dan konservasi yang disalah artikan maka carilah ilmu terserbut. Dari hal tersebut sumber daya kita akan terselamatkan. Bukan berarti sumber daya kita tidak ada nilai ekonominya tapi ekonomi itu akan datang dari sumber daya alam,” ungkap Umar Komarullah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *