Oleh: AHMADI SOFYAN
Penulis Buku/Pemerhati Sosial Budaya
NAMA & Kiprahnya sangat dikenal di kalangan atas, yakni nasional. Sang Brigjend TNI ini pernah memimpin RSPAD Gatot Subroto, Tim Dokter Kepresiden RI dan mengajar di berbagai Perguruan Tinggi serta banyak memiliki karya buku. Ia digelari Bapak Mutu Pelayanan Kesehatan Indonesia.
ALHAMDULILLAH, saya (Penulis) pernah bertemu, ngobrol dan silaturrahim ke kediaman sosok ini di Jakarta. Bersama salah satu tokoh Pemersatu Tionghoa Kepulauan Bangka Belitung, Amung Tjandra (Tjen Hon Liong) kala itu kami datang silaturrahmi kepada sosok orang hebat dari Pulau Bangka ini. Setelah mengecek dokumen di laptop, ternyata saya masih menyimpan fhoto saat bersama beliau, saat kami diskusi tentang beberapa dokumen masa lalu. Dalam fhoto itu, saya yang bukan siapa-siapa ini berada diantara 2 tokoh hebat Bangka Belitung dan turut berdiskusi, bangga rasanya.
Brigjend TNI. dr. H. Samsi Jacobalis, S.pB. itulah sosok orang Pulau Bangka yang hebat ini. Nama orangtuanya “Jacob Alis”, cara menulisnya beliau sambung setelah namanya. Sedangkan adik kandungnya yang juga tokoh Bangka Belitung, Sutyono Jacob Alis menulis nama orangtua dengan dipisah, yakni “Jacob Alis”. Tentang kiprah dan jasa sosok Sutyono Jacob Alis sudah saya tulis 2 episode pada tulisan sebelumnya.
Alhamdulillah, sebelum menulis catatan ringan ini, saya berkomunikasi dengan salah satu putra dari Brigjend TNI. dr. H. Samsi Jacobalis, S.pB., yaitu Ari Surya. Dari keterangan dan catatan adiknya yang paling bungsu, Ari Surya melalui WA mengirim catatan tentang sosok ayah mereka kepada saya. tentunya sebuah kebanggaan dan kebahagiaan bagi saya sebab sangat mempermudah saya mendapatkan perjalanan, kisah & kiprah seorang putra Bangka yang membanggakan. Walau telah tiada, namun jasa dan kiprahnya harus selalu kita ingat sebagai motivasi dan inspirasi generasi hari ini dan di masa yang akan datang.
Dari Bangka Untuk Indonesia
Samsi Jacobalis lahir di Sungailiat Bangka, 13 Juni 1931 dari pasangan Jakob Alis dan Salmah binti Madjid. Beliau adalah anak sulung dari 5 bersaudara. Samsi Jacob Alis menikah dengan Lapiah binti Abdul Panie yang juga kelahiran Pulau Bangka pada tahun 1958. Keduanya dikarunia 6 orang anak, yaitu: Rudi Dekriadi, Milda Fariyanti, Ari Surya, Indra Purnama, Rida Justin dan Sandra Imelda.
Setamat dari SMP di Sungailiat Bangka, Samsi Jacobalis melanjutkan pendidikannya di VHO (ISMA Gang Batu) di Jakarta. Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Selama mahasiswa beliau dikenal sangat aktif berorganisasi. Tamat dari UI pada tahun 1960, beliau melanjutkan spesialisasi kedoktreran bedah sampai tahun 1967. Dalam masa pendidikan tersebut, Samsi Jacobalis pun mendalami ilmu bedah toraks di Swedia, yang kemudian dilanjutkan dengan residensi endoskopi di Jepang.
Samsi Jacobalis memulai kariernya sebagai dokter Militer di bagian bedah RSPAD Gatot Subroto. Beliau pernah ditugaskan di dalam operasi militer pembebasan Irian Barat sebagai Wakil Komandan Rumah Sakit Lapangan Divisi Diponegoro. Meskipun khawatir meninggalkan isteri dan anak-anak yang masih kecil, namun sebagai prajurit, Samsi Jacobalis rela mempertaruhkan nyawa demi membela keutuhan NKRI.
Kepala RSPAD Gatot Subroto
Dikutip dari Website Sejarah RSPAD Gatot Subroto, dikatakan bahwa pendirian Instalasi Rumah Sakit Militer di Nusantara pada awal abad 19 adalah salah satu bagian dari strategi militer Belanda dalam rangka mendukung politik kolonialisme, untuk tetap mempertahankan tanah jajahan Nederlands Indie.
Seiring perjalanan waktu, ketika Jepang dipaksa menyerah kepada Tentara Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 setelah Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom atom, maka pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan Republik Indonesia. Namun Belanda belum mau menyerah dan masih belum mengakui kedaulatan Indonesia. Akhirnya pusat pemerintahan Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta dan Rikugun Byoin (RS. Militer) kembali dikuasai oleh KNIL dan berubah menjadi Militaire Geneeskundige Dienst (Rumah Sakit Jawatan Kesehatan Angkatan Darat) yang terkenal dengan nama lain “Leger Hospital Batavia”.
Selanjutnya 29 Desember 1949 sesuai hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di Deen Haag Belanda, penyerahan Rumah Sakit ini dilakuan dari Pihak Militer Belanda kepada TNI pada Januari 1950. Setelah diserahkan kepada TNI dan berubah nama menjadi Rumah Sakit Tentara Pusat (RSTP) dipimpin oleh Letkol dr. Satrio.
Seiring perjalanan zaman yang panjang dan perjuangan TNI, Rumah Sakit ini berganti nama dan terus berkembang dan kini menjadi RSPAD Gatot Subroto. Tak disangka, pada 31 Mei 1979, Putra Bangka kelahiran Sungailiat, Brigjen TNI dr. Samsi Jacobalis yang kala itu berpangkat Kolonel, dipercaya sebagai Kepala Rumah Sakit ternama ini hingga 1 September 1983.
Pada era kepemimpinan Samsi Jacobalis, pembangunan dan perkembangan RSPAD ini sangatlah pesat. Pembangunan terus berjalan sesuai tahapan yang ditetapkan. Pada tahun 1979 – 1982 banyak bangunan yang selesai dibangun antara lain: Unit Kebidanan dan Kandungan (29 Desember 1979), Unit Patologi Anatomi ( 3 Mei 1980), Unit Patologi Klinik (30 Juni 1981), Unit Radiologi dan Poliklinik Tahap I ( 26 Juli 1992). Peletakan Batu Pertama pembangunan Unit ICU (dipergunakan untuk Medical Check Up, Perawatan Intensif /ICU dan Renal Unit), bangunan ini dilengkapi dengan Helipad di lantai IV.
Pada tanggal 1 Oktober 1981, kantor Pimpinan RSPAD Gatot Soebroto yang semula berada di gedung tua berlantai (lokasi Gedung Satrio) dipindahkan ke bangunan Paviliun A (Pav. Darmawan) untuk mempersiapkan lahan guna pembangunan Gedung Poliklinik Tahap II (Gedung Satrio), dan baru pindah ke gedung baru pada tanggal 18 Februari 1988. Kemajuan spektakuler dalam dunia kedokteran di RSPAD terjadi pada tahun 1981 dibawah kepemimpinan Samsi Jacobalis, dimana RSPAD melaksanakan Proyek Bedah Jantung terbuka dengan bekerjasama dengan Tim dari Amerika dibawah pimpinan Prof. De Becky dan ini merupakan bedah jantung pertama di Indonesia yang sampai sekarang telah mengoperasi lebih dari 1050 pasien di RSPAD Gatot Soebroto.
Selain hal yang spektakuler menggembirakan juga ada hal yang kurang menyenangkan, yakni ditandatanganinya Surat Keputusan Bersama Menhankam/ Pangab dengan Medikbud RI Nomor: 070a / M / 1981 dan Nomor: Kep/ 04 / II /1981 yang dilengkapi dengan Petunjuk Pelaksanaan yang ditetapkan bersama antara Kapuskes ABRI dengan Dekan Fakultas Kedokteran UI Nomor: Juklak/ 09 / XI / 1982 dan Nomor: 2554/II.A./SK/1982 tanggal 20 Februari 1982 tentang penggunaan RSPAD Gatot Soebroto menjadi lahan pendidikan dokter spesialis. Sejak itu RSPAD yang pernah menghasilkan para dokter spesialis yang handal tidak dibenarkan lagi mendidik tenaga spesialis (Hospital Base), hal ini berkaitan dengan ketentuan baru bahwa yang berwenang mendidik dokter spesialis adalah Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Negeri (University Base).
Pada tahun 1982 tepatnya dalam meperingati Catur Windu (32 tahun) RSPAD Gatot Soebroto atas prakarsa Brigjen dr. Samsi Jacobalis disusun untuk pertama kali buku sejarah RSPAD yang memiliki makna historis sangat dalam dan melibatkan sejarahwan, penulis, peneliti dan pendidik drs. Abu Sidik Wibowo. Peluncuran Buku Catur Windu ini tepat pada tanggal 26 Juli 1982. Pada tahun 1982, untuk meningkatkan pelayanan bagi pasien tidak berhak atas ide Ka RSPAD didirikan Apotik Cabang V Khusus (sekarang Apotik PKM) dengan modal awal Rp.12.000.000,- dari dana intern yang awalnya berupa pinjaman sementara namun kemudian dipertanggungjawabkan sebagai pengeluaran rutin.
Pada tanggal 1 September 1982 Brigjen TNI dr. Samsi Jacobalis menyerahkan jabatan sebagai Kepala RSPAD Gatot Soebroto kepada Kolonel dr. Sumardi Katgopranoto. Pastinya, bagi Bangka Belitung, ini hal yang sangat membanggakan, sebab Sang Putra Bangka telah menorehkan jasa dan kiprah untuk Indonesia….. (BERSAMBUNG)