Norwegia menjadi negara pertama yang menghentikan sinyal radio FM terhitung mulai 11 Januari pukul 11.11 waktu setempat.
Pilihan ini diambil karena sistem baru, Digital Audio Broadcasting, yang lebih dikenal dengan singkatan DAB, memiliki kualitas suara yang jauh lebih jernih dengan biaya operasional yang lebih murah.
Jangkauan yang bisa dicapai sistem DAB juga lebih luas dibandingkan sinyal analog FM.
Namun langsung muncul kekhawatiran, terutama di kalangan warga usia lanjut dan para pemilik kendaraan yang tidak bisa langsung memasang peranti yang bisa menerima sinyal DAB.
Berdasarkan jajak pendapat yang diterbitkan harian Dagbladet, Desember lalu, 75% warga Norwegia menganggap keputusan pemerintah mematikan radio FM terlalu tergesa-gesa
Memang, 70% audiens di Norwegia sekarang mendengarkan stasiun radio favorit mereka melalui DAB, namun para pengkritik juga mengemukakan fakta bahwa banyak orang ‘yang terpaksa membeli peranti baru yang harganya bisa mencapai Rp6,2 juta’.
“Norwegia belum siap dengan penghentian radio FM. Ada jutaan pesawat radio di rumah-rumah, pondok wisata, dan kapal yang sekarang ini praktis tak bisa lagi dip
akai,” ujar Svein Larsen dari asosiasi radio lokal Norwegia.
Alasan lain penolakan adalah orang ingin mendengarkan radio FM untuk nostalgia. “Ada banyak nostalgia dengan radio FM. Itulah sebabnya banyak yang menganggap keputusan pemerintah kontroversial,” kata Marius Lillelien, direktur stasiun radio nasional NRK.
Pemerintah Norwegia memasang target DAB akan menjadi standar siaran seluruh stasiun radio nasional pada akhir 2017.
FM ditemukan di Amerika Serikat pada 1933 dan sejak itu populer di banyak negara. Di Indonesia, FM menjadi tren sejak akhir 1980-an menggantikan sinyal AM. Ketika itu stasiun AM ramai-ramai pindah ke FM.
Beberapa negara Eropa seperti Inggris dan Swiss juga mempertimbangkan untuk menghentikan siaran FM namun sejauh ini belum mengambil ‘langkah drastis’ seperti yang dilakukan Norwegia