Seputarbabel.com, Pangkalpinang – Film dokumenter “Yang (Tak Pernah) Hilang”, sebagai memoralisasi perjuangan dan semangat melawan rezim otoritarian. Juga sebagai gerakan melawan lupa, akan penghilangan paksa para aktivis 97 – 97. Herman Hendrawan, bersama 12 aktivis dihilangkan secara paksa, hingga kini tidak punya kepastian status sebagai warga negara dan manusia.
“Langkah strategis ke depan, kita terus mencoba supaya publik jangan lupa terhadap kasus penghilangan paksa aktivis 97 – 98. Film ini salah satu bagian gerakan melawan lupa,” harap Dewan Penasehat Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHi), Wilson ketika ditemui kemarin mengingatkan.
Dijelaskan Wilson negara punya hutang pada kasus penculikan aktivis 97 dan 98. Membentuk pengadilah HAM untuk para pelaku dan tim pencarian 13 aktivis yang dinyatakan hilang oleh Komnas HAM. Ini adalah rekomendasi DPR RI tahun 2019, hingga hari ini belum dijalankan.
“Sudah 26 tahun keluarga korba berjuang yang begitu juga keluarga Herman, terus menuntut pada negara untuk membentuk tim pencarian. Perjuangan itu akan terus dilanjutkan sampai keadilan didapat oleh keluarga korban,” jelasnya.
Wilson bersama KawanHermanBimo di Pangkalpinang selama 2 hari melakukan pemutaran film yang disutradarai Anton Subandrio ini. Minggu (30/06/2024) sore di Bioskop XXI Transmart Pangkalpinang dan Senin (1/07/2024) malam, sekaligus diskusi dilakukan di Kampus Universitas Muhammadiyah Babel. “Semua Presiden sejak jaman Gus Dur, sudah kita temui,” ingat Wilson.
Karena respon positif, akan semangat Herman sebagai pejuang demokrasi dan gerakan perlawanan era Orde Baru di film dokumenter ini. Membuat kaum muda dan mahasiswa akan membuat Wadah Diskusi Herman. “Sampai ada kejelasan soal mereka korban penghilangan paksa kita akan terus berjuang,” ajak Wilson.
Ia pesimis terhadap pemerintahan era Prabowo – Gibran, kalau pun ada upaya menjalankan rekomendasi DPR RI tadi. Dapat dipastilah tidak sejalan dengan keinginan keluarga korban. “Ke depan nanti situasinya semakin suram, karena kita tahu presiden terpilih dalam pemilu 2024 adalah pelaku utama penculikan aktivis 97 – 98,” jawab Wilson.
Sedangkan produser film “Yang (Tak Pernah) Hilang” Dandik Katjasungkana mengakui, berencana menulis literatur perjuangan Herman Hendrawan yang melahirkan refornasi. “Ini akan menjadi referensi bagi mahasiswa, anak – anak muda. Bahwa Pangkalpinang punya peranan juga dalam perbaikan kondisi negeri,” harapnya.
Memang literatur soal Herman sangat minim. Sehingga mereka punya rencana menerbitkan sejarah singkat Herman menentang rezim otoritarian dalam gerakan Demokratik di Indonesia. “Kita berencana akan membuat literatur soal pergerakan mahasiswa 98, dimana peran Herman Hendrawan ada di dalamnya. Ini semacam sejarah singkat peran Herman dalam perjuangan demokrasi di Indonesia,” terang Dandik.