Penulis : MangPan
Pelaku seni & Jurnalis
Bangka,Seputarbabel.com — Asal Nguntap, dalam bahasa orang Bangka artinya asal bicara, asal ngomong saja, tapi isi yang dibicarakan kosong, tak berarti apa-apa. Bisa jadi orang yang asal nguntap ini punya maksud tertentu, misalnya (niatnya) hanya mau mengundang simpati masyarakat, biar kelihatan perhatian, biar kelihatan pintar, atau maksud lainnya. Bahasa umumnyakurang lebih “omong kosong atau pepesan kosong”
Fenomena ‘asal nguntap’ ini sekarang menjadi sebuah fenomena yang disuguhkan para tokoh yang ‘renyek’ atau memiliki niat menjadi kepala daerah, kepada masyarakat, terutama di Kabupaten Bangka, yang tahun ini akan kembali melaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) untuk memilih Bupati-Wakil Bupati.
Puluhan ribu (mungkin) baleho sudah ditebar ke seluruh lejuk Kabupaten Bangka. Baliho yang memampangkan wajah tampan atau cantik para bakal calon, berikut tulisan-tulisan atau kata-kata janji manis, puitis, dan mantap meski dalam perspektif lain isinya banyak ‘asal nguntap’.
Ada yang menulis Kembalikan Marwah Kabupaten Bangka, Kite Pucak Bangka, Kite Anok Bangka, Kite Majuken Bangka, dan ribuan kiamat diplomatis lainnya diumbar, demi merebut simpati, demi suara yang akan digunakan pemilik suara (masyarakat) di kertas selembar.
Emang boleh se janji gitu??
Sah-sah saja sih, namanya juga mau menarik simpati. Tapi memang ya itu tadi, itu hanya janji manis yang bisa jadi akan pahit jika tak ditunaikan, retorika subjektif dari pemilik baliho yang mendeklarasikan diri sebagai yang paling bisa, paling mampu memperbaiki kondisi daerah yang bisa dikatakan banyak carut-marut.
Emang Kabupaten Bangka Carut Marut??
Ya boleh saja dinilai begitu. Lihat saja pariwisata. Dari jaman Akek Antak (dulu) koar-koar sebagai daerah pariwisata maju. Nyatanya?? Fasilitas (amenitas) pariwisata yang dibangun dengan duit rakyat miliaran menguap begitu saja, bahkan banyak yang terbengkalai tak terpakai hingga jadi ‘sarang hantu mencadin’. Mau bukti?? Lihat saja bangunan ‘tak jelas’ Exotic Matras, berapa duit rakyat tersedot proyek mubazir tersebut? Lalu sekarang digunakan untuk apa?? Yaa paling tempat muda mudi pacaran (maksiat), sementara bangunannya hancur lebur, kaca berkeping-keping. Ditambah lagi kreatifitas pemangku pariwisata daerah yang sangat minim dalam memajukan pariwisata, budaya daerah semakin termarjinalkan, tersingkir oleh ambisi ‘membangun’ proyek ini dan proyek itu, meski pada akhirnya proyek-proyek tersebut setelah selesaii hanya jadi seonggok bangunan tak terpakai.
Belum lagi kita bicara sektor-sektor lainnya, ekonomi, pertambangan, dan sebagainya. Semakin kita dalami maka akan makin ‘ngenyut’ kepala.
Lalu apakah masyarakat akan mudah terperdaya dengan kata-kata ‘asal nguntap’ tersebut? Penulis yakin pengalaman saat Pilkada sebelumnya di saat calon tunggal ditumbangkan oleh kolom/kotak kosong telah membuat masyarakat yang memiliki hak suara, semakin pintar, semakin tahu mana yang terbaik buat dijadikan sebagai pemimpin mereka. Masyarakat tak akan mudah lagi terperdaya oleh tipikal pemimpin yang asal ngubtao, asal janji seperti itu. Kalau masyarakat justru tak sadar?? Maka jawabnya hanya Wassalaam.