Bangka, Seputarbabel.com – Fenomena banjir rob kembali mengancam wilayah pesisir di Indonesia, termasuk Provinsi Bangka Belitung (Babel).
Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Provinsi Babel, Ridwan, mengingatkan masyarakat pesisir untuk waspada terhadap ancaman ini, terlebih menjelang puncaknya yang diprediksi terjadi pada awal 2025.
Selasa (17/12/2024), ketinggian air laut tercatat mencapai 30 cm dan diperkirakan naik menjadi 31 cm pada Rabu (18/12/2024). Ridwan mengungkapkan, ketinggian air laut akan terus meningkat hingga mencapai 34–35 cm di awal tahun depan.
“Banjir rob berbeda dengan banjir akibat curah hujan. Ini merupakan luapan air laut yang menggenangi daratan, dipengaruhi oleh faktor alam dan aktivitas manusia,” kata Ridwan, Selasa (17/12).
Ridwan menjelaskan, faktor alam yang memicu banjir rob meliputi kenaikan muka air laut akibat pasang surut, dorongan angin atau swell (gelombang jarak jauh), badai di laut, serta pencairan es kutub yang dipicu pemanasan global.
“Pemompaan air tanah yang berlebihan, pengerukan alur pelayaran, reklamasi pantai, dan eksploitasi lahan pesisir menyebabkan penurunan permukaan tanah dan intrusi air laut,” ujarnya.
Ridwan menegaskan bahwa banjir rob membawa dampak serius bagi manusia dan lingkungan. Beberapa dampak yang sering terjadi, Kerusakan infrastruktur dan sarana umum, Meningkatnya risiko penyakit seperti diare dan infeksi saluran pernapasan, Potensi pencemaran lingkungan, Pemicu bencana lanjutan, seperti erosi dan longsor.
Dalam menghadapi fenomena ini, Ridwan mengimbau nelayan di Babel untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama menjelang puncak banjir rob pada awal 2025.
Ia juga meminta nelayan untuk aktif berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di wilayah masing-masing.
“Koordinasi ini penting untuk meminimalkan risiko terhadap keselamatan jiwa dan kerugian ekonomi,” tegasnya.
Ridwan juga menekankan pentingnya menjaga lingkungan pesisir dan mengurangi aktivitas yang dapat memperburuk dampak banjir rob, seperti eksploitasi lahan secara berlebihan dan pemompaan air tanah.
“Kesadaran bersama sangat diperlukan. Semua pihak harus berperan aktif agar dampak buruk banjir rob dapat diminimalkan, khususnya bagi masyarakat pesisir,” pungkasnya.