Kemudian, harga
timah tahun 2018, berkisar 20 ribu dollar per metrik ton, saat ini hanya 16
ribu dollar per metrik ton. “Dengan perbandingan harga ini untuk menutup cost
produksi saja tidak tertutup. Efek domino apa yang diharapkan terhadap ekonomi
kita yang bisa timbul. Perusahaan ini juga artinya tidak produksi lagi artinya
ini jelas hanya untuk melepas stok gudang yang ada,” sambung Peraktisi
Pertambangan ini.

Ia mengingatkan, jika tiga perusaan tadi ekspor akan merusak pasar dengan dampak menurunkan harga timah dunia. “Ini sudah memasuki new normal. Industri diluar sudah mulai bergerak yang menjadi buyer timah. Kemungkinan kita untuk reborn atau mendapatkan keuntungan balik dari perusahaan seperti PT Timah yang sudah didepan mata dengan perbaikan harga dan bertahan ditengah harga yang jatuh kemarin tiba-tiba dirusak dengan over suplai,” keluh mantan Presiden Alumni Masiswa Tambang Indonesia ini.
Tidak tertutup kemungkinan kondisi ini dimanfaatkan para spekulan yang bermain di bidang komoditas. Sehingga disarankan pengaturan melepas stok timah dari Babel ke pasar akan lebih berdampak peningkatan ekonomi daerah. “Kalaupun mau dilepas seharusnya tidak sekarang. Jadi ini jangan – jangan ada apa. Kalau cuma menggerakkan ekonomi, banyak cara lain untuk melakukannya. Yang jelas, siap tidak dengan konsekuensinya. Jangankan permen baru, permen ESDM terkait RKAB yang lama juga dilanggar,” ungkap Teddy.














