Oleh: AHMADI SOFYAN
Penulis Buku/Pemerhati Sosial Budaya
NAMANYA diabadikan dengan nama jalan utama di Kota Pangkalpinang, di Koba Bangka Tengah, di Belinyu dan juga nama Gedung pertemuan di Sungailiat. Kariernya berakhir saat menjabat sebagai Bupati Bangka, gugur oleh konspirasi PKI.
SJAFRIE Rachman, putra Belinyu yang digelari oleh Kakaknya, “Hoklo” itu naik pangkat dari Letnan 1 menjadi Kapten berdasarkan Surat Keputusan Menteri/Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal A.H. Nasution. Masih di tahun yang sama, Panglima kodam IV/Sriwijaya mengeluarkan surat tugas kepada Sjafrie Rachman sebagai Komandan Perwira Distrik Militer (PDM) Belitung. Selanjutnya berbagai tugas di Wilayah Kepulauan Bangka Belitung dijalani oleh Sjafrie Rachman.
Puncaknya, pada 1 Juli 1963, Sjafrie Rachman dengan jabatan Pama Skodam IV/Sriwijaya, naik pangkat dari Kapten menjadi Mayor. Sebelumnya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah yang dikeluarkan di Jakarta pada 24 Juni 1963, dengan persetujuan Presiden Republik Indonesia, memutuskan Mayor Sjafrie Rachman sebagai Bupati/Kepala Daerah Tingkat II Bangka. Jadilah saat itu ada 4 jabatan yang diemban oleh Sjafrie Rachman, yaitu: Komandan Legium Veteran Cabang Bangka, Komandan Perwira Distrik Militer Bangka, Komandan dan Pelaksana Kuasa Perang Bangka dan Bupati Bangka. Sedangkan sebagai Komandan Pelaksana Kuasa Perang Bangka, Sjafrie Rachman mendapat komando langsung dari Presiden RI, Ir. Soekarno.
Menjadi Bupati Bangka (wilayah administrasi meliputi seluruh Pulau Bangka, kecuali Pangkalpinang), Sjafrie Rachman menjadi Bupati ke-3 yang terpilih sejak Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Sebelumnya, ada 2 putra daerah Bangka yang menjadi Bupati Bangka, yaitu: Achmad Basirun (1957 — 1958 & 1958 – 1960), Achmad Rasjidi (1960 — 1962). Achmad Rasjidi mengundurkan diri sebelum masa jabatannya habis dan digantikan oleh Sjafrie Rachman.
Menurut Rosman Djohan yang kala itu sebagai Asisten Wedana (Camat) dalam buku biografi Sjafrie Rachman “Pemimpin di Tengah Revalitas Politik” (2010), sosok Sjafrie Rachman menjadi Bupati Bangka memiliki program kerja yang meliputi bidang pendidikan, pertanian, perkebunan, perikanan dan menghidupkan seni budaya daerah Bangka. Dibidang Pendidikan, Bupati Bangka berusaha meningkatkan Sekolah Dasar di setiap desa. Lalu di setiap Kecamatan Bupati Sjafrie Rachman mendorong masyarakat mendirikan SMP Swasta. Sementara di Pertanian, ia mendukung sepenuhnya keberadaan Sekolah Usaha Tani di Petaling Kecamatan Mendobarat Bangka.
Sedangkan Amung Tjandra yang kala itu sebagai Anggota DPRD-GR Kabupaten Bangka dari Partai Katholik menceritakan bahwa sosok Sjafrie Raachman selaku Bupati sangat mengimpikan kemajuan Bangka. “Tapi sayang, ia selalu saja dirongrong dan digerus oleh PKI” ceirta Amung Tjandra (Tjen Hon Liong).
Memang, konstelasi sosial politik yang membuat Ahmad Rasjidi selaku Bupati Bangka melepaskan jabatannya kala itu. Hal ini ternyata dialami oleh Sjafrie Rachman saat ia menggantikan Ahmad Rasjidi menjadi Bupati Bangka. Setidaknya ada 2 masalah yang merisaukan bagi Sjafrie Rachman selaku Bupati Bangka kala itu: (1) Berhadapan dengan arogansi PN Tambang Timah (PN. TTB). (2) Menyangkut Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
Gugur dalam Tugas
Sebuah artikel berjudul: “Terbakarnya KM BT-32: Prolog PKI yang Terlupakan” dimuat di harian Media Indonesia tahun 1993, penulisnya adalah Emron Pangkapi. Dalam bagian tulisan tersebut:
Hari Jumat tanggal 30 Juli 1965, 28 tahun lalu. Kapal motor Bea Tjukai (KM BT-32) baru satu jam lepas dari pelabuhan Muntok, Bangka dalam pelayaran menuju Palembang. Saat rombongna pejabat teras Pemda dan Tim Kesenian yang dipimpin Bupati/Kepala Daerah Tingkat II Bangka Mayor (AD) Sjafrie Rachman sedang bercengkerama tiba-tiba asap hitam mengepul dari kamar mesin. “Api…… api…….” teriak penumpang.
Kepanikan pun terjadi. Dalam waktu kurang dari 20 menit, api sudah membesar dan satu persatu penumpang menceburkan diri ke laut selat Bangka yang terkenal ganas. Bupati Bangka SJafrie Rachman tewas bersama 7 penumpang lainnya. Tiga belas penumpang lainnya selamat, antara lain Komandan Kodim Tafsil Chotib (kini Kol. Purn) dan Syarifah Hadjiah, bintang radio pada tahun 1960-an.
Dalam pemeriksaan selanjutnya terungkap musibah KM BT-32 adalah sabotase yang didalangi CC-PKI Bangka, dan sepengetahuan CC-PKI Jakarta, karena Bupati itu tak mendukung program PKI. Bahkan, CC-PKI Jakarta menyediakan hadiah satu setengah juta dan sebuah mobil sedan bagi pelaku yang bisa meretool Bupati Sjafrie Rachman. Latar belakang kasuus BT-32 terungkap di meja hijau. Pengadilan Negeri Pangkalpinang kemudian menghukum para pelaku dan dalangnya dengan penjara seumur hidup. peristiwa tewasnya Bupati Bangka itu adalah sebuah prolog G30 S/PKI yang luput dari catatan buku sejarah……………………………………………………….”
Masih menurut Emron Pangkapi dalam tulisan di harian Media Indonesia (1993), dikatakan bahwa pada tahun 1965, hubungna antara Bupati Bangka, Mayor Sjafrie Rachman dan CC PKI kurang baik. Sjafrie Rachman dianggap mengganjal program PKI. Lalu PKI membalasnya dengan melancarkan serangan kritik, antara lain membuat resolusi menjatuhkan Sjafrie Rachman.
Rakyat digalang untuk menentang kenaikan harga minyak tanah dari 12.500 menjadi 20.000,- per liter. Dalam pada itu seorang tokoh PKI Usman Sahab, yang juga ketua Organda masuk penjara dalam kasus manipulasi beras. CC-PKI Bangka yakin terpenjaranya Usman Sahab akibat ulah Bupati yang mempengaruhi jalannya sidang pengadilan. Dari dalam penjara Sahab pada pertengahan Juli 1965 mengirim sepucuk surat kepada Ketua CC-PKI Bangka, Abdullah Sani agar mengambil tindakan balasan terhadap Bupati Bangka Sjafrie Rachman. Selain itu Usman Sahab juga meminta agar banding perkaranya diurus ke Pengadilan Tinggi Palembang.
Menurut pengakuan sekretaris CC-PKI Bangka Bachtiar Markaban di Pengadilan, surat Usman Sahab kemudian dibahas dalam rapat periodic PKI. Disitulah lalu dirancang tindakan ekstra parlementer untuk melenyapkan Bupati Sjafrie Rachman. Kebetulan pada akhir Juli 1965 itu anggota Pantja Tunggal (Muspida) akan ke Palembang menghadiri pesta pernikahan anak Wakil Gubernur. Karena itulah dalam rombongan Pantja Tunggal tersebut terdapat sejumlah seniman yang akan ikut memeriahkan pesta.
Untuk melancarkan aksi, CC-PKI menugaskan Nurzab Tanwi (Ketua Komite Sub Seksi PKI Mentok (Kecamatan), yang kebetulan mempunyai adik yang bekerja sebagai masinis KM BT-32 bernama Syaukat Efendi. Apabila tugas ini berhasil, CC-PKI Bangka akan memberikan hadiah uang satu setengah juta dan mobil sedan untuk pelaku sabotase. Hal ini pun disetujui CC-PKI di Jakarta, setelah sekretaris CC-PKI Bangka Fung Liong Sen awal Juli 1965 ke Jakarta, melapor kepada anggota CC-PKI Ngadiman tentang rencana meretool Sjafrie Rachman dari jabatan Bupati. CC-PKI daerah ini memiliki hubungan langsung dengan CC-PKI Hakarta, karena faktor DN. Aidit.
Sesuai rencana, ketika KM BT-32 bertolak ke Palembang, Syaukat Efendi melaksanakan tugas yakni membakar kapal. Akibatnya Bupati Sjafrie Rachman, Ny. Saleh Zainuddin (isteri Walikota), Ny. Aisyah, Itjan Saleh (Jaksa), Surta Mahyudin dan Indra Mahyudin (putra Kajari), Temmy Iskak dan T. Sarumpaet meninggal dunia dalam kejadian tersebut. Sedangkan korban yang dapat diselamatkan oleh KM. Sinar Musi yang kebetulan melewati jalur itu adalah Komandan Kodim Bangka Tafsil Chotob dan isterinya, Ny. Sjafrie Rachman, serta sepuluh anggota rombongannya.
Nah, dari sabotase atas Kapal Motor milik Bea Cukai dengan nomor lambung BT-32 telah mengambil nyawa sang Bupati Bangka, Mayor Syafri Rachman. Perwira Menengah TNI dengan NRP: 11696 ini wafat dalam usia 39 tahun. Pastinya ini usia yang masih sangat muda untuk seorang Perwira Menengah TNI sekaligus Bupati.
Selamat jalan Bupati kami tercinta. Kami dari generasi muda masa kini, belumlah banyak berbuat untuk negeri, namun lebih banyak berkoar-koar tanpa arti. Tak ada tanda pangkat, tapi kami sering merasa hebat, tak ada yang diperbuat nan berarti, tapi kami tinggi hati. Terima kasih telah pernah berbuat untuk negeri. Cita-citamu menjadikan Bangka agar mandiri dan sejahtera akan kami lanjutkan dengan nilai-nilai perjuangan darimu. Semoga Allah SWT memberimu jalan lapang ke Sorga. Aamiin ya robbal alamin……..
Salam Sjafrie Rachman!(*)