“Hanya Kuasai 15 % Cadangan Dunia”

Seputarbabel.com, Pangkalpinang – Dari 2,2 juta metrik ton cadangan timah dunia, 43 % (persen) dikuasai China. Walau diurutan ke dua, Indonesia hanya miliki 15%, di atas Australia 11%, Bolivia 8%, Republik Demokratik Kongo dan Myanmar masing-masing 5%, dan Maroko 3%. Sisanya 10 % tersebar dibeberapa negara yang masih memproduksi timah.

Hal tersebut dikatakan Direktur Utama PT Timah Tbk Mochtar Riza Pahlevi Tabrani. Mengingat cadangan timah dalam negeri tidak terlalu besar, maka PT Timah perlu melakukan ekspansi. “Dalam rangka meningkatkan cadangan, meningkatkan produksi dan penjualan. Sehingga kontribusi bukan saja ke holding tapi juga ke negara,” tambahnya.

Masih menurut Riza, menguasai 35 % sumber daya tim, China pun masih diurutan pertama. Rusia diurutan kedua dengan 12% disusul Australia diperingkat ketiga dengan 8%. Indonesia menempati posisi keempat dengan sumber daya 7%, dibawahnya Brazil 6% lalu Jerman dan Kazahkstan masing – masing 4%. “24 % sisanya ada di berbagai negara,” sambungnya.

Berbeda dengan cadangan, sumber daya merupakan potensi cadangan sehingga belum bernilai ekonomis. Upaya PT Timah menjadi the biggest tin mining producer in the world, melakukan berbagai penguatan internal khususnya dalam bidang produksi. Satu dari 3 langkah strategis perusahaan adalah meningkatkan confident level cadangan.

Riza juha memproyeksian tahun ini laba bersih perusahaan terus tumbuh sehingga memperkuat holding dan meningkatkan dividen untuk negara. Berdasarkan data International Tin Research Institute (ITRI) sepanjang 2017, PT Timah sebagai produsen terbesar di Asia Tenggara.

Di kawasan Asia Tenggara, PT Timah Tbk menempati peringkat pertama unggul dari perusahaan timah Malaysia Smelting Corp dan Thaisarco, Thailand. Produsen timah dunia masih dipegang perusahaan asal China, 4 perusahaannya masuk 10 besar. Sepanjang 2017, PT Timah diposisi kedua setelah Yunnan Tin.

PT Timah mencatatkan produksi 30.300 metrik ton (mton) tahun 2017, naik 27,5 % dibandingkan periode 2016 sebesar 23.756 ton. Ini adalah kenaikan tertinggi sejak 2011. Sedangkan produksi Malaysia Smelting Corp turun hanya naik 1,5% dari 26.802 ton menjadi 27.200 ton. Adapun Thaisarco mencatatkan penurunan produksi 4,4% dari 11.088 ton menjadi 10.600 ton.

Di tingkat global, posisi Timah berada di peringkat kedua di bawah Yunnan Tin. Produksi BUMN tambang asal China itu turun 2% pada 2017 menjadi 74.500 ton dari 2016 sebesar 76.000 ton. Peringkat ketiga Malaysia Smelting Corp dan keempat Yunnan Chengfeng dari China poduksi naik 33,3 % dari 20.100 ton pada 2016 menjadi 26.800 ton tahun 2017.

China menguasai empat dari 10 besar produsen timah di dunia. Selain Yunnan Tin dan Yunann Chengfeng, terdapat Guangxi China Tin yang mencatatkan kenaikan produksi 4,7% menjadi 11.500 tn dari 10.984 ton dan Gejiu Zi-Li yang memproduksi 8.700 ton timah atau naik 6,1% year on year dari 2016 sebesar 8.200 ton.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *