Target Populasi Sapi Tahun 2018 Sebanyak 13.090 Ekor

PANGKALPINANG—Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, melalui Dinas Pertanian menargetkan jumlah populasi sapi pada tahun 2018 sebanyak 13.090 ekor sapi. Sementara itu pada tahun 2017 jumlah populasi sapi di Bangka Belitung sebanyak 12.202. Dan dalam lima tahun kedepan atau pada tahun 2022 ditargetkan jumlah populasi sapi di Bangka Belitung meningkat sebanyak 19.164 ekor sapi.

Hal itu disampaikan oleh Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman, melalui Kepala Dinas Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Ir Toni HA Batubara saat membuka kegiatan Sosialisasi Pengendalian Pemotongan Betina Produktif, yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Babel di Hotel Bangka City Pangkalpinang, Selasa (10/4/2018).

“Untuk meningkatkan jumlah populasi sapi di Bangka Belitung ini maka perlu dukungan dari berbagai pihak, tidak bisa dari pemerintah daerah saja. Salah satu bentuk dukungan itu dengan mencegah dan melarang pemotongan sapi betina produktif yang ada di Bangka Belitung, baik di RPH (rumah pemotongan hewan) atau di TPH (tempat pemotongan hewan ) atau di tempat-tempat lain yang memungkinkan ternak sapi betina kita dilakukan pemotongan,” kata Toni.

Sementara itu jumah sapi yang dipotong di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama tahun 2017 dikatakan Toni, sebanyak 10.775 ekor sapi. Jumlah itu mengalami peningkatan sebesar 40,91% dari tahun 2016, yang jumlahnya sebanyak 7.593 ekor sapi.

Menurut Toni, selama ini tidak ada sapi betina produktif yang dipotong di RPH, namun bisa saja dipotong di TPH karena ditidak tercatat dan tidak terpantau.

”Kalau pemotongan sapi betina produktif di RPH tidak ada, yang ada hanya pemotongan betina tidak produktif. Tetapi dikuatirkan adanya pemotongan betina produktif tidak tercatat karena dipotong di TPH,” kata Toni

Adapun data RPH di Bangka Belitung ada di Kabupaten Belitung ini lanjut Toni ada, Kabupaten Belitung Timur, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka serta Kota Pangkalpinang. “Jika tingginya angka pemotongan betina produktif sangat berpengaruh terhadap keberhasilan program Upsus SIWAB, dimana dapat mengurangi akseptor dan betina bunting,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *