Seputarbabel.com, Pangkalpinang – PT Timah Tbk sebagai salah satu eksportir timah di pasar global, diharapkan mampu memperbaiki harga. Karena terkait harga timah akan mempengaruhi nilai ekspor hasil barang tambang ini. 80,22 % nilai ekspor Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) berasal dari komoditas tin. Tentu langkah PT Timah mempengaruhi harga, sudah lama ditunggu.
Dana Segar Tins Rp 1,19 Triliun
Semester I Nilai Ekspor Timah Babel
Memang kondisi ekonomi global dan perang dagang Amerika Serikat dengan Tiongkok, sedikit banyak mempengaruhi. Sebagai perusahaan pertambangan kelas dunia, tentu tidak berdiam diri hanya menunggu kondisi pasar membaik. Biar pun harga tin per metrik ton diangkat 16 – 17 ribu dollar Amerika, PT Timah masih tetap ‘sehat’.

Direktur Utama PT Timah Tbk, Mochtar Riza Pahlevi Tabrani, Kamis (15/8/2019) pagi. Ditemui wartawan di Graha Timah, mengatakan tiap tiga bulan, dirinya turun langsung dengan pelaku timah dunia. “Kami sebagai salah satu pelaku timah dunia, sedang memantau, kami terus melihat kondisi pasar global,” terangnya.
Ditegaskan Riza penjualan PT Timah semester I tahun 2019, meningkat bukan penyebab meningkatnya stok dunia. Justru sebaliknya jika tidak melepas timah disaat harga di triwulan I tahun ini harga terus turun. “Memang pasar lagi banyak (stok) sehingga berapa stok kita lepas, berapa stok kita tahan itu kita melihat pasar (global) juga,” jelasnya.
Indonesia hanya berkontribusi 20 – 25 persen perdagangan logam timah dunia, pasar paling besar masih Tiongkok. Negara – negara penyerap permintaan terbesar seperti Jepang dan Taiwan, juga terpengaruh dengan kondisi perang dagang. “Dengan adanya perang dagang memang mempengaruhi demand logam timah. (Negara) Penyerapan timah terbesar juga tertekan,” ungkap Riza.
Jika mengacu di London Metal Exchange (LME) per Rabu (14/8/2019) harga per metrik ton, 17.050 dollar. Selama sebulan, harga tertinggi, Senin (15/7/2019) 18.005 dollar pernah terjun bebas diangka terendah Senin (5/8/2019) 16.820 dollar. Sementara awal bulan Agustus harga bergerak naik 20 dollar, menjadi 17.270 dollar per metrik ton. “Kondisi hari ini masih ada untung, kita masih positif,” ujar Riza.
Diingatkan Riza sebenarnya siapa pun masih bisa ekspor saat ini, dirinya lebih berkonsentrasi menghadapi tantangan persaingan usaha global. “Kalau saya sih fokus ke sana (persaingan global). Kalau misalnya globalnya ramai (demand), domestiknya ramainya ramai. Akhirnya menikmati bukan kita,” tutupnya.














