Seputarbabel.com, Pangkalpinang – Analisis Danareksa Sekuritas Stefanus Damagiri, terkait harga jual timah yang mengalami penurunan. Naiknya suplai timah di London Metal Exchange (LME) mencapai 35 persen. Sehingga membuat pasar memiliki stok berlimpah pengaruhi harga. Seiring perang dagang Tiongkok dan Amerika Serikat menjadi pemicu stok timah dunia, mengingat permintaan (demand) tertekan.
Untuk perkiraan harga jual timah murni batangan, Stefanus menjelaskan harga jual turun sebesar 6,3 persen. Dipengaruhi atas kenaikan suplai timah di LME dan SHFE sebesar 35%. Pengetatan ekspor timah oleh beberapa negara eksportir timah, seperti Myanmar semoga membuat harga positif.
Diharapkan Stefanus, kebijakan tadi bisa membuat peningkatan harga jual timah. Sehingga beberapa bulan mendatang, bisa mampu membuat harga jual timah di pasar global membaik. Dalam analisanya ditargetkannya rata – rata harga jual timah global tahun 2019 dan 2020 sebesar US$ 20 ribu.
Analis Danareksa Sekuritas ini, juga mengoreksi estimasi pendapatan PT Timah tahun ini. Sehingga direvisi meningkat dari Rp 13,27 triliun menjadi Rp 15,16 triliun. Sedang, pencapaian tahun 2018 senilai Rp 11,05 triliun. Begitu juga dengan perkiraan laba bersih tahun 2019, dikoreksi dari Rp 721 miliar menjadi Rp 899 miliar. Bandingkan, jika melihat perolehan tahun 2018 hanya Rp 488 miliar.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), mengeluarkan nilai ekspor timah Babel sebesar 80,22 persen. Guna merealisasi visi, misi dan aksi perusahaan, yakni menjadikan PT Timah Tbk perusahaan pertambangan terkemuka dunia yang ramah lingkungan.
Dari total ekspor timah Januari – Juni 2019, yakni US$ 628,5 juta. Serapan ekspor menurut tujuan negara 5 negara besar US$ 563 juta. Ekspor tujuan Singapura US$ 325 juta, India US$ 80,9 juta, Jepang US$ 64,3 juta, Korsel US$ 53,6 juta dan Belanda US$ 39,3 juta, negara lainnya US$ 65,4 juta.
