Dikutip dari laman CNN Indonesia, Sabtu (3/8/2019) pukul 14.27 WIB, judul : Sri Mulyani Ungkap Perbedaan Signifikan di Era SBY dan Jokowi
Seputarbabel.com, Jakarta – Mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi). Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memiliki perbedaan signifikan, terkait kondisi ekonomi nasional dan global. Harga minyak dunia menjadi perbedaan mencolok, bagi kondisi keuangan yang harus dikelolanya.
Masa pemerintahan SBY harga minyak dunia secara mengejutkan melonjak dari US$ 30 per barel menjadi US$ 90 per barel. Kondisi ini membuat anggaran subsidi membengkak 200 persen, Sri pun harus merumuskan subsidi agar dilakukan penyesuaian. Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) dikeluarkan agar ‘meredam’ masyarakat kelas menengah ke bawah.
Setahun kemudian baru kondisi APBN mulai mencapai titik keseimbangan. Era SBY harga komoditi naik signifikan, Sri pun menjalankan program baru. Dampak krisis ekonomi 1998 masih berdampak, karenanya kondisi ekonomi belum sembuh pada awal SBY memimpin.
Ketika Sri menjadi Menkeu era Jokowi, harga minyak dunia justru turun dari US$ 90 per barel menjadi US$ 30 per barel. Ia pun harus mempelajari dan membuat keseimbangan kebijakan amnesti pajak oleh Bambang Brodjonegoro, Menkeu sebelumnya. Menyambut periode kedua Jokowi, Sri harus memutar otak agar ekonomi Indonesia stabil karena kondisi global.
Melambatnya ekonomi global dan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China, menjadi situasi diluar ekspektasi. “Ini pekerjaan rumah besar kalau bicara nasional, kebijakan apa. Tapi tetap harus bertumpu pada manusianya, sistem pendidikannya harus baik,” katanya.














