52 Tahun, Hertza Ingatkan Sejarah Perjuangan Partai

Hadirkan Marhenisme Hingga Pro Mega

Seputarbabel.com, Pangkalpinang – 10 Januari 2025, PDI Perjuangan peringati 52 tahun sebagai partai politik. PDI Perjuangan Kota memperingatinya, Sabtu (11/01/2025) sore di sekretariat DPC. Ketua DPC PDI Perjuangan, Abang Hertza menyampaikan sejarah panjang perjuangan partai secara nasional hingga lokal. Turut diundang para tokoh Marhenisme dan Pro Mega, sebagai bukti bahwa mereka tetap setia bersama PDI Perjuangan.

PDI Perjuangan setelah dua periode pemilu mempertahankan predikat sebagai partai pemenang, melewati sejarah panjang. Dari mulai PNI, hingga PDI Pro Mega sampai saat ini, perjuangan rakyat adalah gerakan kader partai yang tidak pernah berhenti. “Hari ini 52 tahun perjalanan partai, walau pun kita belum berumur 52 tahun akan tetapi kita menyemangati ruh perjuangan partai sejak PNI (Partai Nasional Indonesia) bergabung dengan beberapa partai politik 10 Januari 1973 berdirilah PDI,” cerita Hertza.

Sejak berdiri PDI berisi tokoh Marhenisme, merupakan idelogi PNI sebagai partai yang didirikan Soekarno. Inilah membuat putri ke 2 Soekarno, Megawati dianggap tokoh yang dapat meredam konflik internal partai pada masa itu. Peserta Kongres Luar Biasa (KLB) di Asrama Haji Sukolilo, Jawa Timur ini 2-6 Desember 1993 melawan keingin penguasa orde baru. Inilah saat Megawati secara de facto menjadi Ketua Umum partai.

Munas PDI di Jakarta, 22-23 Desember 1993 mengukuhkan Mega sebagai Ketua Umum 1993 – 1998 secara de jure. Internal partai tidak sepenuhnya bulat mendukung Mega sebagai Ketua Umum, ditambah penolakan dari penguasa. Membuat Kongres PDI tahun 1996 di Medan, dengan Ketua Umum terpilih Suryadi. Ini membuat pemerintah orde baru makin getol menyingkirkan Mega sehingga terjadi tragedi Kuda Tuli 27 Juli 1996.

PDI Pro Mega memang menjadi motor kader sejak Mega, 1 Februari 1999 merubah nama PDI menjadi PDI Perjuangan untuk mengikuti Pemilu 1999. “Sejak bergabungnya PNI yang didirikan Seokarno dengan beberapa partai. Lalu kemudian hingga hari inipun diteruskan dengan putrinya Ibu Megawati yang akan terus menjadii Ketua Umum,” orasi Hertza disambut kalimat “Merdeka” oleh pengurus ranting dan anak ranting yang hadir.

Hertza pun kemudian memperkankan para tokoh senior dan menceritakan perjuangan partai di Pangkalpinang. Dua tokoh PDI Pro Mega Sri Rezeki dan Kusniati Ahyar, adalah Banteng Perempuan yang mempertahankan terus eksistensinya sebagai kader. Lalu ada Khalidi Endang, walau sempat ke PNBK kini kembali ke PDI Perjuangan. “Beliau (Khalidi) mantan Ketua PAC Rangkui, pada masanya tandatangan beliau yang membuat saya jadi anggota PDI Perjuangan,” sambungnya.

Ia juga memperkenalkan tokoh Marhenisme seperti Muchlis, Ayik agustian dan Subianto yang akan terus setia berada dibarisan PDI Perjuangan bersama keluarga mereka. Dio Febrian Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kota adalah anak dari Subianto. “Setelah 1999, dua kali pemilu terakhir kita pemenang pemilu secara nasional juga Pangkalpinang, Ini adalah kerja keras kita semua para kader ranting dan anak ranting,” jelas Hertza.

Selain para anggota fraksi PDI Perjuangan baik Dewan Kota, maupun Provinsi dapil Babel I (satu), Monica Haprinda, Sekretaris DPC Herly Firdaus dan Bendahara M Amir. Dari struktur DPD PDI Perjuangan, langsung dihadiri Ketua Bapilu, Imam Wahyudi. Tokoh PDI Perjuangan, Maulan Aklil dan Saparudin pun hadir. “Saya dan kawan – kawan semua akan terus menyatu dalam garis perjuangan partai,” ujarnya.

Hertza juga bercerita sebagai Ketua DPC ke 5, setelah Tri Atmadja, Sri Rezeki, Ismiryadi dan Yugo Saldian dan kini dua periode jadi Ketua DPRD Kota. Ia merintis karir di partai sebagai Satgas, kemudian anak ranting dan ranting. “PDI Perjuangan akan tumbuh dan berkembang, akan meregenerasi karena itu jangan pernah tinggalkan partai yang sudah jadi rumah kita,” tegasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *