SURAT CINTA ENDANG  “UNTUK PANGKALPINANG “

Seputarbabel.com- Langit senja di Negeri Timah ini hentikan pandangan dan langkah kakiku. Seorang teman jauh pernah berujar, pandanglah alam sekitar dan hirupi udara segarnya. Memang terpaku aku amati, sampai kudapati wajah Depati Amir yang berdebu di atas helai sebuah daun. Kutempuh mesra perjalanan itu, dari negeri Pangkal Pinang, Sungailiat, ke Belinyu, hingga sejarah-sejarah masa lalu tak kuasa hinggap di alam benak pikiranku. 
Di bawah langit Pangkal Pinang, disuatu subuh yang tenang. Aku menyaksikkan sekelompok embun bergayutan di setiap daun dan di setiap cabang. Pada ribuan pepohonan, ku lihat embun-embun bergayutan. Di suatu siang yang garang, matahari menyala. Rumah dan jalanan aspal berteriak kepanasan. Pejalan kaki mengairi jalanan dengan keringatnya. Tak henti lelah lepuh. Di suatu malam yang nyaman, bintang-bintang bersinaran. Ia ditemani sejuta kilau yang berpencaran. Di setiap waktu di Pangkal Pinang, diriku merasa geregetan. Ingin berpelukkan dengannya hingga ia semakin dicintai.

Kota Pangkal Pinang adalah salah satu kota di Indonesia yang menyimpan sejuta potensi di dalamnya. Berbagai potensi dapat dijumpai di dalam Kota kecil ini, dari segi perekonomian, budaya tradisional, dan tempat-tempat wisatanya. Sejak tahun 2007, saya mengamati perekonomian Pangkal Pinang selalu mengalami peningkatan dan membaik. Pertumbuhan ekonomi kota ini selalu signifikan disebabkan oleh industri migas yang membuat peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) Pangkal Pinang.
 Untuk budaya tradisional, salah satu yang terkenal adalah rumah panggung. Secara umum arsitekturnya berciri Arsitektur Melayu seperti yang ditemukan di daerah-daerah sepanjang pesisir Sumatera dan Malaka. Di daerah ini dikenal ada tiga tipe yaitu Arsitektur Melayu Awal, Melayu Bubung Panjang dan Melayu Bubung Limas. Rumah Melayu Awal berupa rumah panggung kayu dengan material seperti kayu, bambu, rotan, akar pohon, daun-daun atau alang-alang yang tumbuh dan mudah diperoleh di sekitar pemukiman.
Namun, di antara seluruh potensi-potensi yang ada, Pangkal Pinang terkadang masih membuat diri ini bergidik dan mendorong diri untuk terus maju bergerak. Salah satu akar penyebabnya adalah masalah banjir sebagai masalah sosial di Kota Pangkal Pinang. 
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan produksi sampah rumah tangga dan industri mencapai 150 ton per hari. Penelitian yang pernah didapat dari kunjungan Dinas Lingkungan Hidup tersebut menarik sebuah kesimpulan bahwa pada dasarnya, penanggulangan banjir tersebut tidak cukup hanya dilakukan dengan pembenahan Tempat Pembuangan Sampah (TPA), namun juga harus melakukan treatment khusus sebagai langkah preventif dan represif penangulangan banjir.
Hati ini teriris tiap kali mendengar dan melihat berita aliran banjir yang terus menerus datang di Kota kelahiran tercinta. Pemerintah seringkali “dicap” lalai untuk menangani masalah banjir, menjadi pendorong tersendiri untuk membantu membenahi kota ini. Teluk Bayur, sejatinya harus dikeruk untuk meningkatkan sistem drainasi dan retensi untuk mencegah arus air. Hal ini tentu harus diimbangi dengan bantuan masyarakat untuk tidak lagi membuang sampah ke sungai, kolam retensi agar saluran air berjalan dengan lancar. 
Pengerukkan ini dianggap efektif karena banjir terjadi karena pendangkalan sungai ditambah kejadian pasang air laut, sehingga sungai tidak mampu menampung curah hujan yang tinggi. Selain itu, tambang timah ilegal ini juga telah merusak hutan di sepanjang aliran sungai, sehingga penyerapan air sungai kurang. 
Setiap musim penghujan dan tingginya curah hujan, warga Pangkalpinang selalu dicemaskan oleh kemungkinan terjadinya bencana banjir seperti sebelumnya. Beberapa solusi telah diupayakan, tetapi belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Selain pengerukkan Teluk, perlu kiranya untuk melakukan strateti integratif antara Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kehutanan, dan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD). Tim ini selanjutnya membawahi kegiatan pengerukan, penertiban saluran dan kolam retensi, serta pokja DAS menuju ke laut dengan fokus penanganan sedimentasi.
Kota Pangkal Pinang adalah Negeri Tercinta bagi saya. Masalah banjir tentu adalah salah satu pisau yang menembus batin ini, melihat Kota tercinta terendam air akibat sampah dan air mata masyarakat. Semoga solusi tersebut dapat menjadi sesuatu yang solutif menangani banjir di Pangkal Pinang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *