Seputarbabel.com, Pangkalpinang – PT Timah Tbk sebagai badan usaha milik negara (BUMN) menggeluti perdagangan logam timah, selama ini tidak signifikan mempengaruhi harga dunia. Padahal dari cadangan logam timah, idealnya Indonesia bisa mempengaruhi harga global. Makanya setelah holding tambang terbentuk, dengan kekuatan dan pengalaman induk usaha dan anggota holding. PT Timah berharap dapat merebut pasar stategis bagi industri logam timah, di Asia, Eropa dan Amerika.
Direktur Utama PT Timah Mochtar Riza Pahlevi mengatakan, 96 persen produksi perusahaan di ekspor ke pasar global untuk kawasan Asia, Eropa dan Amerika. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) dan Kepulauan Riau (Kepri), adalah daerah operasi PT Timah dengan cadangan berlimpah. “Indonesia penghasil timah terbesar kedua, seharusnya bisa mengambil posisi merebut pasar,” katanya.
Dengan perkembangan berbagai produk elektrika dan semua produk massal yang perlu pengantar listrik, begitu besar saat ini. Tentu saja timah menjadi demand yang bagus di berbagai negara industri, sehingga tentu memiliki nilai. Terlebih tujuan dibentuknya holding BUMN pertambangan mendorong hilirisasi sektor pertambangan. “PT Timah hari ini adalah produsen timah ke dua, pasar kita di Asia Eropa dan Amerika, demand masih tinggi,” sambung Riza.
Sementara itu Sekretaris Perusahaan PT Timah, Amin Haris Sugiarto mengatakan terkait rencana perusahaan mengembangkan daerah industri Tanjung Ular akan tetap dilanjutkan. Begitu juga dengan pengembangan teknologi smelter, baik untuk peleburan timah agar lebih efisien sampai untuk nilai lebih menuju produk akhir mineral logam.
Amin juga menjelaskan, dengan adanya holding pertambangan akan banyak efisiensi perusahaan. Bukan hanya proses di hulu yakni eksplorasi dan penambangan. Hilirisasi produk industri dan perdagangan produk juga bisa lebih optimal. Dia mencontohkan, selama ini untuk eksplorasi menggunakan pihak ke tiga, sekarang tinggal minta karena satu holding. “Kita akan lebih dapat bersinergi, misalnya power plant kita bisa (ke holding),” tambahnya.
Sebelum RUPSLB digelar, Menteri BUMN Rini M Soemarno sudah mengklarifikasi kabar miring. Terkait holding BUMN dibentuk hanya untuk menambah utang. Menurutnya holding BUMN tambang ini, didorong untuk meningkatkan sektor hilirisasi. Perusahaan tambang akan sinergi dari hulu sampai hilir mengembangkan produk masing – masing perusahaan. “Kalau bicara mengenai tambang itu utamanya untuk melakukan efisiensi. Kalau kita ada tujuannya utang tidak pakai holding pun bisa,” tandasnya.
Dalam RUPSLB PT Timah, PT BA dan PT Antam, Rabu (29/11/2017) sudah disetujui perubahan anggaran dasar perusahaan, terkait perubahan status dari Persero menjadi Non-Persero. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 tahub 2017 tentang Penambahan Penyertaan modal Negara Republik Indonesia, kedalam modal saham PT lnalum (persero) selaku induk holding.
Dari ketiga BUMN anggota holding, mengalihkan saham dwi warna seri B milik pemerintah ke PT Inalum. PT Timah Tbk mengalihkan 4.841.053.951 saham setara 65%, PTBA mengalihkan 1.498.087.499 saham atau 65.02% dan PT Antam 15.619.999.999 saham yakni 65%. Saham yang dialihkan menjadi penyertaan modal pemerintah, untuk menguasai 100 persen holding pertambangan.(riz)