Seputarbabel.com, Pangkalpinang – Ketua terpilih Komite Olahraga Nasional Indonesia (Koni) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), Elfandi segera akan melakukan komunikasi ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) guna membahas anggaran. Persiapan cabang olahraga dan atlit untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) di Papua 2020 mendatang, harus sudah disiapkan tahun depan. Terpilih secara aklamasi kemarin, membuatnya bertekat mendulang 10 medali emas di PON Papua nanti.
Ini disampaikan pria yang akrab disapa Fandi tersebut kepada wartawan kemarin, usai penutupan Musyawarah Olahraga Provinsi (Musorprov) di Hotel Puncak. Koni Babel akan memetakan potensi atlit dan cabor unggulan, sehingga dapat 10 medali emas. “Kita akan siapkan program unggulan untuk memetakan atlit, agar kita dapat emas di Pon Papua. Bagaimana kita mempola untuk (capai) target 10 emas di Pon,” ungkapnya.
Dirinya akan segera menghadap Gubernur Babel Erzaldi Rosman, Ketua DPRD Didit Srigusjaya dan anggota legislatif di Komisi IV. Hanya saja dia belum memastikan, apakah setelah kepengurusan Koni Babel terbentuk, atau sebelum. Mengingat terkait penganggaran untuk Koni Babel, perlu dilakukan persamaan persepsi terkait nominalnya. “Karena intinya Koni Babel optimalisasi anggaran, kalau hanya dibawah 5 sampai 10 M (miliar) itu tidak ada arti untuk organisasi sebesar Koni. Ada 44 cabang, saya perkirakan 20 miliar, 1 tahun baru kita bisa bicara lebih baik,” ungkap Fandi
Fandi juga berjanji akan melakukan pembinaan dengan perencanaan strategis untuk 4 tahun ke depan. Kompetisi di setiap cabang olahraga harus lebih sering dilakukan, tiap Pengurus Provinsi (Pengprov) harus punya 4 – 5 kali agenda kejuaraan di daerah. “Kita tidak mau program tanpa perencanaan, tidak ada kegiatan mendadak namun terencana baik jangka panjang maupun sistimatika manajemen olahraga yang baik dan benar. Ke depan banyak potensi – potensi atlit yang tidak maksimal karena TC jangka pendek, pembinaan mendadak tidak boleh lagi terjadi,” papar Fandi.
Fandi juga mengatakan kalau selama ini, pola pembinaan atlit dan pemetaan cabang olahraga unggulan tidak sistematis. Itu disebabkan Babel masih mengandalkan bakat atlit yang muncul, pola tersebut membuat prestasi olahraga tidak terukur. Apalagi program Babel masuk 20 besar PON Papua, menjadi keinginan. “Pembinaan masih sporadis karena mengandalkan bakat. Kita punya parameter – parameter mencari atlit, (seperti) pemandu bakat, pembinaan dan kompetisi yang berkesinambungan nanti dalam program 20 besar PON Papua,” tuturnya.