DPD HNSI Babel Berharap APH Tindaklanjuti Kasus Ancaman Terhadap Nelayan di Belembang

Bangka, Seputarbabel.com – Ketua Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (DPD HNSI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Ridwan, meminta Aparat Penegak Hukum (APH) di Polsek Jebus dan Polairud Polres Bangka Barat untuk segera mengambil tindakan terhadap laporan nelayan yang mengaku diancam oleh penambang di Laut  Belembang, Desa Bakit, Kecamatan Parit Tiga, Jebus.

Menurut Ridwan, tindakan pengancaman terhadap nelayan yang mencari nafkah tidak dapat dibenarkan dalam situasi apa pun. “Apa pun alasannya, pengancaman adalah tindakan yang tidak dapat diterima. Kami mendukung penuh hak nelayan untuk merasa aman dalam mencari nafkah,” ungkap Ridwan saat diwawancarai pada Selasa (5/11).

Ridwan menegaskan, HNSI Babel berkomitmen untuk mengawal proses hukum dalam kasus ini guna memastikan keamanan para nelayan. Ia menyebut bahwa sebagai organisasi yang memperjuangkan kesejahteraan nelayan, HNSI juga siap memberikan bantuan hukum kepada nelayan yang mengalami intimidasi dari pihak penambang.

“Saya tidak melarang siapa pun untuk menambang. Namun, mohon agar kepentingan nelayan juga dihormati. Jangan sampai ada pengancaman yang mengintimidasi mereka,” lanjut Ridwan.

Lebih lanjut, Ridwan menegaskan bahwa pihaknya tidak akan berdiam diri jika laporan tersebut tidak mendapatkan kepastian hukum. Ia berharap Polsek Jebus untuk merespon cepat laporan nelayan tersebut dan meminta untuk secepat kan dilakukan proses hukum

“Kami berharap aparat terkait dapat mengambil langkah konkret dalam menangani kasus ini. Kami berharap laporan nelayan tersebut dapat dilakukan proses hukum,” tegasnya.

Sementara itu, Kapolsek Jebus, Kompol Albert H Tampubolon, ketika dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp pada Selasa (5/11), membenarkan bahwa laporan terkait pengancaman nelayan sudah diterima. “Siap, sudah diterbitkan LP,” kata Kompol Albert Tampubolon.

Diketahui kejadian tersebut pada Minggu (04/11) Sore, bahwa nelayan di wilayah laut Belembang Desa Bakit merasa terganggu dengan aktivitas tambang yang semakin mendekati perairan tempat mereka mencari nafkah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *