https://seputarbabel.com/wp-content/uploads/2023/11/IMG-20231120-WA0032.jpg

Caleg & Kerak Nasi

 

Oleh: AHMADI SOFYAN

JIKA ingin mendapatkan Wakil Rakyat yang sehat, maka rakyat harus berpikir positif dan sehat terlebih dahulu terhadap para Caleg yang ada. Maksud saya, jangan belum apa-apa kita sudah underestimate terhadap Caleg yang sedang berjuang.

AKHIR-AKHIR ini, kala berkumpul dengan masyarakat atau berkegiatan dengan rakyat di kampung-kampung bahkan nonton bola di kampung dan duduk di panggung panitia, banyak mata mencurigai dan nampak berbisik-bisik. Bahkan ada yang menghampiri seraya langsung bertanya: “Nyaleg dari partai apa, Seperadik?”. Ada juga yang bertanya: “Caleg DPR RI apa Provinsi?”. Nampaknya wajah saya ini wajah Caleg atau apaan sih? Serem juga rasanya. Begitulah pertanyaan-pertanyaan yang harus saya hadapi setiap hari selama beberapa bulan terakhir ini. Sekali lagi, pertanyaan ini benar-benar setiap hari selalu saya dapatkan. Sempat “langok” juga, akhirnya ketika pertanyaan ini harus saya jawab dan kadangkala dengan bercanda saya berujar: “Ko ne nek nyalon, tapi sadar diri, karena kepala ko lah botak, jadi salon e bingung nek nyalon apa?” (Saya ini mau nyalon, tapi sadar diri, karena kepala saya sudah botak, jadi Salon-nya bingung mau nyalon apa?. Alhamdulillah, akhirnya saya benar-benar tidak bersedia menjadi Caleg pada Pemilu 2024 ini.

Menjadi Caleg bukanlah hal yang baru dan tidak juga hal yang tabu. Justru menjadi Caleg adalah salah satu cara partisipasi untuk berbuat pada negeri melalui sistem demokrasi yang kita sepakati. Sebagai rakyat, saya sangat mengapresiasi kawan-kawan yang berjuang melalui jalur demokrasi dengan menjadi Caleg dalam berbagai tingkatan. Terlebih lagi saya melihat banyak anak-anak muda yang mendaftarkan diri menjadi Caleg pada Pemilu 2024 ini. Tentunya ini menunjukkan bahwa ada kepercayaan diri yang baik dari anak-anak muda pada demokrasi dan kepedulian terhadap berjalannya sistem negara tercinta.

Jika ingin mendapatkan Wakil Rakyat yang sehat, maka rakyat harus berpikir positif dan sehat terlebih dahulu terhadap para Caleg yang ada. Maksud saya, jangan belum apa-apa kita sudah underestimate terhadap Caleg yang sedang berjuang. Mari kita berikan apresiasi, memberikan ruang kepada para Caleg untuk mengenalkan diri, diskusi dan memberikan ruang bagi mereka untuk menunjukkan apa yang telah, sedang dan ingin dilakukan. Hendaknya Pesta Demokrasi ini membuat kita saling bergembira, memberi ruang kepada para calon-calon yang ada untuk memulai atau mengokohkan karya ditengah masyarakat.

Filosofi Kerak Nasi

TAHAPAN pendaftaran Caleg sudah berlangsung dan sudah hampir batas waktu akhir. Kini saatnya para Caleg mendekati pemilih (rakyat) di Dapil masing-masing. Pendekatan dengan berbagai strategi adalah hal yang lumrah, selama masih dalam koridor tidak saling menjatuhkan serta tidak berbuat yang melanggar aturan yang sudah ditetapkan. Mesin partai politik sudah mulai dipanaskan, guna merebut hati rakyat. Kreativitas, inovasi, strategi juga materi harus benar-benar diatur sebaik mungkin agar sesuai dengan rencana. Walau kadangkala dilapangan justru berbeda dengan konsep yang dibuat.

Siapapun Caleg-nya, baiknya kita berikan ruang untuk pendekatan dengan rakyat. ada yang sudah pernah jadi, ada yang masih duduk di kursi dewan, ada yang sudah mencalonkan berulangkali tapi nggak jadi-jadi, ada yang Pemilu tahun ini baru sekedar uji coba alias pertama kali, semuanya mengadu keberuntungan dan saling adu strategi.

Setiap Caleg pastinya memiliki background masing-masing. Ada yang background-nya dari Pesantren dengan kemasan religius, ada yang background-nya pengusaha dengan kemasan “Tauke” alias Boss, ada yang background-nya mantan anak pejabat atau keluarga pejabat yang kemasannya priyayi, ada yang background-nya aktivis dengan kemasan kritis. Semua adalah bagian dari latarbelakang setiap orang yang berbeda dan memiliki kemasan berbeda pula.

Hanya saja, ditengah masyarakat, kadangkala selalu saja ada yang rese membuat suasana menjadi tidak nyaman bagi seorang Caleg. Entah karena iri dengki, karena ada yang tidak disepakati atau alasan lainnya. Kadangkala para Caleg harus down semangat karena merasa dipatahkan ditengah jalan sebab background masa lalu yang dianggap kurang baik dimata beberapa orang. Ada kalimat orangtua tempo doeloe yang menyindir seseorang dengan kalimat yang bermakna sangat pedas alias nyelekit. Semoga tidak ada Caleg kita yang mendapatkan kalimat-kalimat ini, apalagi kalimat ini terlontar dari rakyat: “Lom mateng nasik e, kerak e lah ko makan” (belum matang nasinya, keraknya sudah saya makan).

Kalimat ini memiliki makna yang sangat pedas dan nyelekit. Kurang lebih makna dari kalimat ini adalah “kamu belum ngomong, saya sudah tahu isi omongan, isi kepala dan isi hati kamu” atau juga “kemampuan kamu bisa saya ukur, bahkan kamu belum lahir saya sudah tahu ukuran kamu berapa, kemampuan kamu apa”. Atau juga “kamu belum nyaleg ini, saya sudah tahu perilaku masa lalumu dan bagaimana perilakumu nantinya kalau benar-benar terpilih jadi Anggota Dewan”. Begitulah kurang lebih makna dari kalimat istilah “belum matang nasinya, keraknya sudah saya makan”.

Nah, kawan-kawan saya yang berasal dari berbagai Partai Politik, selamat berjuang dalam pesta demokrasi 2024. Siapkan tenaga, energy, strategi, dan berupayalah mengambil hati rakyat dengan tidak melanggar aturan yang sudah disepakati. Sebagai Caleg, Anda semua memiliki tanggungjawab mencerdaskan rakyat bukan semata-mata meminta suara rakyat. Sahabat tetaplah sahabat, keluarga tetaplah kelurga, tetangga tetaplah tetangga, jangan sampai karena berbeda, akhirnya membuat celah perpecahan. Pemilu itu hanya sebentar, tapi keluarga, persahabatan, bertetangga, kita ingin selamanya. Jadilah Caleg yang merangkul bukan memukul, mengajak bukan mengejek dan jika berdiskusi menggunakan argument bukan sentiment.

Selamat berjuang!(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *