https://seputarbabel.com/wp-content/uploads/2023/11/IMG-20231120-WA0032.jpg

Taman Bakau Dalam Kota, Salah Satu Kesiapan Wisata Alternatif Belitung

 

TANJUNG PANDAN, seputarbabel.com – Tidak butuh lama untuk masyarakat Pulau Belitung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) memanfaatkan momentum wilayah mereka diakui oleh UNESCO.
Ide-ide kreatif mulai bermunculan tepat seperti keinginan Gubernur Babel, Erzaldi Rosman. Kreativitas mulai terlihat dari beberapa kelompok masyarakat yang menunjukkan lokasi-lokasi alternatif selain 17 geosite yang telah ditetapkan sebagai Belitong UNESCO Global Geopark.

Sebagai contoh, Suak Parak Mangrove-Kelapak Munggong, pilihan wisata hutan mangrove yang sangat teduh karena rindangnya pohon bakau (mangrove), oksigen yang bersih dengan paket wisata yang unik. Taman bakau dalam kota yang terletak di Desa Air Saga, memiliki kelebihan berada tak jauh dari pusat kota Tanjung Pandan.

Bersama beberapa anggota pengelola hutan mangrove, motivasi menjaga hutan bakau ini agar tetap lestari dan menjadikannya salah satu destinasi bagi para wisata untuk menikmati alam bakaunya. Untuk menjaga kawasan ini, beranjak dari konsep kekhawatiran atas penambangan liar di hilir sungai, kawasan ini perlu dijaga bersama, agar kesiapan wisata terus disadari semua lapisan masyarakat.

Menuju Destinasi Wisata Belitung Yang Unggul Berdaya Saing, begitu tagline kelompok pengelola dalam mengelola kawasan hutan mangrove ini. Dikelola menjadi tempat wisata oleh kelompok warga desa yang ingin melestarikan alam di desa mereka. Oleh pengelola, dibangun track agar wisatawan dapat berjalan hingga ke sungai yang membelah dua desa, Desa Air Saga dan Desa Batu Itam.

Berjalan di jembatan pelangi sepanjang 215 meter, track ini membawa pengunjung menyusur hutan mangrove. Kawasan ini memiliki luas kurang lebih 50 hektar yang mulai dikelola. Tetapi setidaknya mencapai 100 hektar kawasan hutan bakau ini.

“Kaki jembatan dibangun menggunakan kayu gelam kayu yang dikenal sangat kuat di dalam air. Pembangunan track ini tidak mengganggu pertumbuhan tanaman bakau bahkan tidak dilakukan pemotongan apalagi penebangan,” ungkap Herman, Ketua Pengelola menjelaskan bagaimana mereka membangun dan menjaga hutan bakau ini.

Lebih menarik lagi, kawasan ini banyak terdapat Timong, sejenis kerang yang hidup di bakau.
Potensi hasil alam seperti ini menjadi nilai tambah menurut para pengelola sehingga akan dikemas menjadi paket wisata. Atraksi nyarik Timong (mencari Timong) akan dijadikan paket wisata pada saat musim Timong tiba. Tidak mudah mengetahui keberadaan Timong, perlu ketelitian dan mengetahui ciri khusus.

“Genangan air di atas tanah bakau, jika terlihat gelembung seperti mata air, biasanya itu ciri khusus ada timong di dalamnya, kita bisa langsung mengambil kedalam tanah,” ungkap salah seorang pengelola menjelaskan dan mempraktekkan, dan benar saja, saat mengangkat tangan, Timong sudah dalam genggamannya.

Sebelumnya, saat musim Timong, anak-anak, ibu-ibu dan warga setempat beramai-ramai mencari Timong. Sejak dikelola oleh kelompok ini, pencarian timong dilarang, agar perkembangannya lebih baik, kemudian pada masa musimnya akan dijadikan paket wisata yang tentu memiliki sensasi tersendiri bagi para wisatawan terlebih wisatawan manca negara.

Mendapat kunjungan Gubernur Erzaldi

“Oksigennya, udara terasa berbeda sekali saat sedang berada di dalam sini,” ungkap Gubernur Erzaldi spontan saat berkunjung ke Suak Parak Mangrove, Jumat (22/04/2021).

Apresiasi disampaikan Gubernur Erzaldi kepada para pengelola kawasan ini karena mereka bergerak dari motivasi untuk melaksanakan pelestarian hutan bakau.

Kunjungan ini merupakan bentuk dorongan bagi pengelola, dari Gubernur Erzaldi sebagai terusan dari ditetapkan Belitong UNESCO Global Geopark.
Perlu dicermati menurutnya, bahwa UNESCO mendorong pengelolaan dari pemberdayaan masyarakat artinya, menggerakkan masyarakat baik dalam mengelola 17 geosite yang sudah diakui dunia, maupun wisata lain yang tentu berpotensi menjadi wisata alternatif selama kunjungan wisatawan.

Dikatakan Gubernur Erzaldi, pihak pemerintah sudah banyak memulai berbagai pelatihan Sumber Daya Manusia agar masyarakat terlatih dalam hal manajemen, rasa memiliki, dan terus ingin melestarikan potensi yang dimiliki tiap desa di Pulau Belitung seperti di Desa Air Saga.

“Dukungan dana yang kuat dari pemerintah tidak akan berhasil jika komunitas masyarakat tidak mengurus untuk mengelola,” tegasnya.

Pemprov. Babel dikatakannya sudah bersiap atas ditetapkannya Belitong Geopark sebagai Belitong UNESCO Global Geopark pada 22 April 2021.
Dengan optimis Gubernur Erzaldi yakin Pulau Belitung akan mendapat banyak kunjungan wisatawan karena dunia mempromosikannya melalui ketetapan ini.

Suak Parak Mangrove dinilai sangat siap untuk menjadi wisata alternatif selain kunjungan ke 17 geosite yang pasti sudah mendapatkan banyak promosi kelas dunia.

Selain keunikan paket wisata atraksi nyarik Timong yang dipersiapkan oleh warga, tamu yang berkunjung dapat wajibkan membeli mangrove minimal 10 batang mangrove setiap orang yang sudah masuk dalam harga tiket masuk.
Sehingga aktivitas pembibitan magrove yang juga diatur di sini, dapat berjalan berkelanjutan dan sedini mungkin meregeranerasi tanaman bakau sebelum tanaman yang sudah tua mengalami kerusakan.

“Pada musim buah mangrove, kami mengumpulkan buahnya untuk pembibitan, saat ini telah berjalan dan cukup berhasil,” jelas Herman.

Pembibitan ini bahkan menjadi potensi pemberdayaan masyarakat dalam membudidayakan pohon mangrove sehingga Gubernur Erzaldi memberikan saran agar hasil yang didapat, separuh menjadi upah, separuh lainnya menjadi pembiayaan untuk pembangunan fasilitas di kawasan ini.

“Sebagai ketua pengelola, harus memiliki integritas dan benar-benar jujur agar kawasan ini terurus dengan baik,” tegasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *